Review Buku Tak Ada Kernet di Australia: Buku Berisi yang Enak Jadi Teman Istirahat

Diposting pada

Dari judulnya, kita akan tahu bahwa ini pasti nanti ada bau-bau menyinggung negeri kangguru. Betul sekali! Buku ini adalah kumpulan tulisan reflektif sang penulis saat sedang tinggal di Australia dan bekerja sebagai sopir pengantar barang. Terdapat judul kecil di sampulnya, “Imajinasi dan Mimpi dari Balik Kemudi”. Unik memang, melalui profesi yang mungkin terkesan “biasa” itu, terdapat banyak refleksi yang bermunculan di kepala sang penulis. Mulai dari soal kehidupan sosial, pendidikan, agama, sejarah, dan sebagainya. Melalui beberapa persinggungan dengan teman-temannya yang berasal dari berbagai latar belakang, ia menemukan banyak cerita menarik. Juga hidup sehari-hari yang dijalani keluarganya di Australia memberi Iqbal banyak pandangan baru. Sebab banyak pengalaman dari anaknya yang bersekolah, ibunya yang berjualan, serta istrinya yang kuliah di negeri itu.

Secara tidak langsung, kita diperkenalkan dengan bagaimana Australia itu sebenarnya. Lebih dari kita membaca peta atau mengintip wikipedia, penulis menggunakan cara paling bijak dalam berbagi, yakni melalui cerita. Kita akan mengenali budaya kerja orang-orang di Australia yang sangat mengagungkan profesionalitas, dimana setiap pekerjaan dan jabatan sudah jelas porsinya. Seorang satpam ya bekerjanya menjaga keamanan, seorang sekretaris ya mengurusinya administrasi perkantoran. Sedikit Mas Iqbal membandingkan dengan situasi masyarakat Indonesia dimana seorang bos bisa saja meminta satpam menjadi menyupirinya, atau sekretaris yang diminta untuk mengantarkan barang pribadinya ke suatu tempat, dan sebagainya. Kita jadi bisa melihat perbedaan-perbedaan di kedua masyarakat itu.

Hal paling jelas lain yang beberapa kali disinggung oleh Mas Iqbal adalah betapa ketaatan di jalan raya begitu dipatuhi oleh masyarakat Australia. Memperhatikan jalan raya dengan sepenuhnya sadar adalah hal wajib bagi para pengendara. Tidak boleh juga mengabaikan anak kecil saat sedang berkendara, keamanannya harus diutamakan. Mas Iqbal sendiri pernah ditegur karena mengemudi truck disambi dengan membaca. Mengkhawatirkan sih! Menariknya lagi, masyarakat Australia ikut punya andil untuk merespon dan menegur satu sama lain jika dianggap melanggar batas norma.

Meski begitu, tulisan-tulisan Mas Iqbal tidak lantas sepenuhnya terkesan mengagung-agungkan budaya Australia. Bahkan ia memberikan beberapa cara pandang untuk mengkritisi masyarakat di sana. Betul bahwa ada rasa terkesan yang ia rasakan, tetapi sekaligus ia menyadari hal-hal baik di negara itu tidak instan bisa diadopsi negara kita. Sebab setiap negara punya perjalanannya masing-masing. Australia juga memiliki masalahnya sendiri berkaitan dengan peringatan hari kemerdekaan mereka, sejarah yang bisa dibilang kelam, dan sebagainya. Tapi tentu saja, menyimak cerita ini kita seolah diajak melihat dunia secara lebih luas. Ada hal di luar sana yang bisa kita jadikan pelajaran atau, sementara ini, sekadar untuk tahu.

Hal lain yang menjadi alasan kalau aku harus merekomendasikan buku setebal 200 halaman ini untuk dibaca adalah karena cara pembawaannya Mas Iqbal. Sebagai penulis, ia punya cara yang unik untuk bercerita. Gayanya begitu santai dan menghibur. Aku kadang terkekeh dengan kata-katanya yang sebenarnya sedang bercerita hal yang teramat sederhana. Tapi tentu saja, secara utuh kita bisa menemukan betapa kaya makna dalam cerita-ceritanya. Pada intinya buku ini adalah buku yang begitu berisi. Nikmat dan enak untuk dijadikan teman istirahat pelipur kelelahan. Selamat membaca!


Judul : Tak Ada Kernet di Australia

Penulis : Iqbal Aji Daryono

Penerbit : Diva Press

Tahun terbit : 2020

Cetakan : I, 2020

Halaman : 200