Mengenal Pengangguran dari Dampak hingga Jenisnya

Diposting pada

Halo Sobat bisnis, kali ini saya akan membagikan tulisan saya tentang pengertian, jenis, dan dampak pengangguran bagi masyarakat. selamat membaca.

Ibarat bom waktu, pengangguran bagi sejumlah negara merupakan momok masalah serius yang musti segera dituntaskan. Pasalnya, selain menjadi indikator kunci dari kinerja pasar tenaga kerja suatu negara, pengangguran juga berdampak negatif terhadap kondisi ekonomi dan sosial secara luas. Lantaran pengangguran akan menyebabkan menurunnya produktivitas negara, kemudian memicu persoalan kesejahteraan masyarakat.

Uniknya, dari banyaknya fenomena pengangguran yang terjadi ternyata disebabkan oleh banyak faktor. Sehingga, apabila diurai maka ada banyak jenis pengangguran berdasarkan ciri dan penyebabnya. Untuk itu, supaya diperoleh pemahaman yang luas mengenai pengangguran. Maka, perlu kiranya mengulik soal pengangguran mulai dari pengertian, dampak, sampai jenisnya.

Pengertian Pengangguran

Pengangguran memiliki pengertian universal yang umum dipahami setiap orang, yakni seseorang yang tidak bekerja, photo by Steve Knutson on Unsplash

Mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengangguran diartikan sebagai orang dalam angkatan kerja (berusia 15 – 64 tahun) yang tidak bekerja sama sekali. Sedangkan, menurut BPS (Badan Pusat Statistik) pengangguran didefinisikan sebagai angkatan kerja (berumur lebih dari 15 tahun) yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau menyiapkan suatu usaha, atau sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja.

Memang, pengangguran memiliki pengertian universal yang umum dipahami setiap orang, yakni seseorang yang tidak bekerja. Sayangnya, pada pengukuran tingkat pengangguran, malah terjadi perbedaan tolak ukur dari beberapa lembaga karena perbedaan klasifikasi subjek perhitungan. Tentunya, karena hal itu, terjadi bias akurasi data yang menyebabkan data yang tersaji berbeda-beda. Bahkan, dari beberapa data itu dinilai tidak akurat dalam mengukur tingkat pengangguran nyata (real unemployment rate).

Namun demikian, guna menyeragamkan teknis pengukuran data, maka dijadikanlah penghitungan tingkat pengangguran standar ILO (International Labour Organization) atau Organisasi Buruh Internasional sebagai patokan global. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

Tingkat Pengangguran = (jumlah tenaga kerja yang tidak bekerja/jumlah total tenaga kerja) x 100%

Dampak Pengangguran

Menariknya, pengangguran global pernah mencapai titik terendahnya sebesar 2,5 persen pasca perang Korea (1950-1953), dilansir dari Bureau of Labor Statistics. Sayangnya tak lama setelah itu perekonomian global malah mengalami resesi. Bahkan, sampai sekarang, torehan apik tersebut masih menjadi rekor yang belum terpecahkan. Lantas, kenapa sih pengangguran mesti diperhatikan secara serius, bahkan nilainya harus diminimalisir seminimal mungkin.

Hal itu dikarenakan pengangguran mampu menyebabkan masalah yang bersifat sistemik, dari masalah ekonomi merambat luas ke banyak hal. Misalnya saja, dalam skala kecil, seseorang yang menganggur tidak memiliki cukup uang untuk membeli kebutuhan hidupnya, baik jasa maupun barang. Tak ketinggalan, keluarganya pun menjadi tidak mempunyai pendapatan untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga kalau tidak segera memperoleh penghasilan, maka ia dan keluarganya akan jatuh miskin, dan apabila kebutuhan nutrisinya tidak tercukupi malah bisa memicu permasalahan kesehatan dan lainnya.

Sementara itu, dalam skala besar, pengangguran menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, sehingga kontribusi konsumsi masyarakat pada perekonomian nasional menjadi turun. Akibatnya, akan ada banyak sektor yang mandek karena daya beli yang rendah. Dan, bukan hanya produktivitas nasional saja yang akhirnya turun, tetapi juga akan menimbulkan PHK besar-besaran dan melumpuhkan perekonomian negara.

Itulah mengapa pengangguran berdampak luas tidak hanya bagi yang menganggur saja. Bahkan, jika perekonomian nasional lumpuh bukan tidak mungkin akan merembet pada permasalahan sosial yang lebih luas. Karenanya, pengangguran merupakan masalah serius yang harus segera dituntaskan.

Jenis-jenis pengangguran

Dalam realitanya, pengangguran dapat disebabkan oleh banyak hal. Karenanya, pengangguran diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan penyebabnya. Tentunya, beda jenis penganggurannya, beda juga solusinya. Untuk itu, supaya mengetahui jenis-jenis pengangguran itu, berikut ini diantaranya:

#1 Pengangguran Friksional

Pengangguran friksional setidaknya disebabkan dua hal, photo by ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani

Pengangguran friksional adalah pengangguran yang disebabkan oleh dua hal. Pertama, tidak cocoknya pencari kerja dengan ketersediaan pekerjaan. Kedua, tidak sampainya informasi dari pencari kandidat ke pencari kerja. Dan, untuk menggambarkannya, berikut ini contohnya:

Seseorang yang belum memperoleh pekerjaan baru setelah resign dari pekerjaannya karena pindah rumah atau ingin memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Atau dalam contoh lain, seorang ibu rumah tangga yang sedang mencari pekerjaan pertamanya atau ingin kembali ke dunia kerja juga termasuk jenis pengangguran friksional.

Berdasarkan contoh-contoh diatas, jenis pengangguran friksional merupakan hal yang lazim dialami setiap orang yang sedang mencari kerja. Karenanya, jenis pengangguran itu bersifat sementara atau jangka pendek. Bahkan, jenis pengangguran ini sejatinya berdampak positif bagi perekonomian lantaran pencari kerja berpotensi memperoleh tempat kerja yang lebih produktif.

#2 Pengangguran Struktural

Pengangguran struktural mengacu pada pengangguran yang disebabkan oleh perubahan struktur ekonomi. Atau lebih jelasnya, pengangguran ini dikarenakan keterampilan pekerja yang tersedia di pasar tidak memenuhi kualifikasi pekerjaan yang dibutuhkan oleh para pencari kandidat. Karenanya, jenis pengangguran ini berlainan jauh dari pengangguran friksional. Namun, keduanya sama-sama hal yang alamiah dalam proses pencarian kerja, lantaran keduanya akan tetap ada walaupun negara sudah mencapai tingkat output potensialnya ataupun sektor ekonomi negara sudah beroperasi pada pekerjaan penuh.

Sementara itu, pengangguran struktural biasanya disebabkan oleh banyak faktor. Misalnya, kemajuan teknologi yang memunculkan teknologi atau mesin yang canggih, sehingga beberapa keterampilan menjadi usang dan tergantikan dengan lapangan kerja jenis baru. Atau, beberapa faktor yang lain, seperti perubahan permintaan, kekakuan pasar tenaga kerja, dan perubahan lokasi geografis pekerjaan, yang juga menyebabkan terjadinya jenis pengangguran struktural.

Selain itu, ancaman resesi yang melumpuhkan perekonomian suatu negara juga berdampak besar pada terciptanya pengangguran struktural. Pasalnya, resesi yang berlangsung lama akan menyebabkan orang yang menganggur dalam waktu lama kehilangan keterampilannya. Karenanya, secara alamiah, angka pengangguran jadi semakin tinggi.

#3 Pengangguran Siklis

Pengangguran siklis merupakan jenis pengangguran yang ditimbulkan oleh siklus bisnis yang pasang surut. Berkebalikan dengan pengangguran struktural, pengangguran siklis justru akan mengalami peningkatan ketika aktivitas ekonomi sedang berkontraksi, dan sebaliknya, akan mengalami penurunan ketika aktivitas ekonomi sedang berekspansi.

Lantas, bagaimana siklus bisnis itu diketahui? Siklus bisnis merupakan fase turun dan naiknya pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam indikator pertumbuhan PDB riil sebagai penjelas pertumbuhan output agregat dari perekonomian. Adapun dalam fasenya, siklus bisnis kemudian dibagi ke dalam 4 fase, diantaranya fase kontraksi, ekspansi, palung, dan puncak. Dimana fase kontraksi adalah aktivitas ekonomi yang sedang menurun, sedangkan ekspansi adalah aktivitas ekonomi yang sedang meningkat. Sementara, palung adalah titik terendah siklus, dan puncak adalah titik tertingginya.

Sementara itu, lebih jelasnya mengenai pengaruh siklus bisnis terhadap pengangguran siklis adalah ketika terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal selama resesi. Sebab, selama periode itu, profitabilitas perusahaan melorot akibat anjloknya permintaan barang dan jasa, sehingga perusahaan mau tidak mau harus menjaga efisiensi operasi perusahaan. Karenanya, PHK untuk merampingkan struktur biaya operasional terkadangan lebih dipilih supaya perusahaan tetap mampu bersaing dalam kondisi sulit.

Namun biasanya, pemerintah tidak akan tinggal diam merespon itu, dengan melakukan intervensi melalui kebijakan ekspansif untuk menstimulus dunia usaha. Karena itu, perekonomian kemudian akan berangsur-angsur membaik dan pulih, sehingga daya beli akan meningkat. Dan karenanya, permintaan yang meningkat itu akan menyebabkan peningkatan produksi. Akhirnya, perusahaan yang kembali bergerak itu akan membutuhkan tenaga kerja, dan tingkat pengangguran pun menjadi turun.

Sayangnya, meski pengangguran siklis bersifat sementara, tetapi apabila tidak diantisipasi atau segera ditangani. Maka, alih-alih perekonomian akan segera membaik, yang terjadi malah bisa sebaliknya. Yakni, karyawan yang diberhentikan menjadi tidak memiliki uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, sehingga permintaan menurun dan akhirnya pengangguran malah makin menambah.

baca juga : Tips Membuat Curriculum Vitae, dari yang Harus Diperhatikan dan Dihindari

#4 Pengangguran Jangka panjang


Jenis pengangguran jangka panjang biasanya terjadi akibat dari pengangguran struktural atau pengangguran siklis, foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels

Pengangguran jangka panjang mengacu pada seseorang yang tidak bekerja selama 27 minggu atau lebih dari itu. Jenis pengangguran ini biasanya terjadi akibat dari pengangguran struktural atau pengangguran siklis. Untuk itu, resesi atau ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki pencari kerja dan ketersediaan pekerjaan bakal menimbulkan pengangguran jangka panjang.

#5 Pengangguran Musiman

Dikarenakan perubahan musim pada suatu daerah atau negara yang menyebabkan terjadinya pengangguran, maka jenis pengangguran ini dinamakan sesuai dengan penyebabnya, yaitu pengangguran musiman. Umumnya, pengangguran musiman terjadi di sektor pertanian, lantaran dalam pertanian sangat bergantung pada perubahan musim, yakni musim tanam dan musim panen. Namun, pada profesi lain, sebenarnya juga mengalami pengangguran musiman, seperti buruh konstruksi, instruktur ski, karyawan wisata, jas hujan, penjual es, dan sebagainya.

#6 Pengangguran Klasik

Jenis pengangguran klasik dikenal juga “pengangguran terinduksi” atau “pengangguran upah riil”. Pasalnya, pengangguran klasik terjadi disebabkan tingginya Upah Minimun Provinsi (UMP) dari hukum permintaan dan penawaran. Karena itu, ada tiga situasi dalam jenis pengangguran ini, diantaranya:

  • Terlalu tingginya upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah
  • Terlalu tingginya gaji dan tunjangan yang dinegosiasikan oleh serikat pekerja
  • Terlalu tingginya upah dari kontrak jangka panjang di saat resesi

Alhasil, ketiga situasi itu membuat perusahaan harus membayar upah yang besar ke setiap karyawan. Karenanya, opsi PHK lebih dipilih agar perusahaan tetap mampu bertahan dalam persaingan kerja yang kompetitif. Akibatnya, karyawan yang diberhentikan menjadi korban pengangguran klasik.

baca juga : Sumber Daya Manusia, Apa Sih Itu? Inilah penjelasannya!

#7 Setengah pengangguran

Jenis setengah pengangguran yang dimaksud adalah seseorang yang mempunyai pekerjaan tetapi pekerjaannya itu tidak sesuai dengan tingkat keahlian dan kapasitas sebenarnya yang ia miliki. Atau juga, seseorang yang bekerja secara tidak optimal karena waktu kerjanya di bawah jam kerja normal, yaitu dihitung 35 jam kerja selama seminggu. Sementara, ILO mendefinisikan jenis setengah pengangguran sebagai perbedaan antara jumlah pekerja yang bekerja dalam pekerjaannya dengan jumlah pekerjaan yang mampu dan ingin dikerjakan secara normal.

Atas dasar itu, jenis setengah pengangguran kemudian diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, diantaranya adalah pengangguran tersembunyi atau terselubung, setengah menganggur sukarela, dan menganggur terpaksa. Adapun penjelasan ketiga jenis tersebut adalah sebagai berikut:

  • Setengah pengangguran tersembunyi atau terselubung

Setengah pengangguran tersembunyi atau terselubung dimaksudkan kepada tenaga kerja yang kerjanya tidak optimal lantaran perusahaan atau lembaga tempat ia bekerja kelebihan tenaga kerja. Misalnya, pabrik tahu yang mestinya cukup mempekerjakan 10 orang karyawan supaya produksi pabriknya optimal, tetapi malah mempekerjakan lebih dari jumlah itu, yaitu 12 karyawan. Dengan begitu, 2 orang dari 12 karyawan itu termasuk dalam pengangguran tersembunyi atau terselubung.

  • Setengah menganggur sukarela

Jenis pengangguran ini mengacu pada seseorang yang bekerja di bawah jam kerja normal, yaitu 35 jam selama seminggu, namun ia tidak bersedia menerima atau bahkan mencari kerja lagi. Dan, untuk menggambarkan jenis pengangguran ini, berikut ini contohnya:

Seorang tenaga ahli yang penghasilannya dihitung berdasarkan jam kerja, biasanya kalau gaji per jamnya sudah besar, maka ia tidak banyak mengalokasikan banyak waktunya untuk bekerja. Atau dalam contoh lain, seseorang yang mendapatkan penghasilan besar dari penyewaan tempat, biasanya ia tidak banyak memforsir waktunya untuk banyak bekerja.

  • Setengah menganggur terpaksa

Jenis pengangguran ini kebalikan dari setengah menganggur sukarela, yaitu seseorang yang kerjanya di bawah jam normal (35 jam per minggu), tetapi ia masih berusaha mencari atau bersedia menerima pekerjaan lainnya, untuk meningkatkan pendapatan yang ia terima. Contohnya, seseorang yang bekerja sebagai penjaga warnet, yang jam kerjanya hanya empat jam per hari. Atau, pekerja bangunan yang jam kerjanya tidak setiap hari. Lantaran penghasilan mereka tidak terlalu banyak, maka mereka berusaha memanfaatkan sisa waktu mereka untuk memperoleh pekerjaan lainnya.

Nah, akhirnya usai juga pembahasan tentang pengangguran, mulai dari pengertian pengangguran, dampak, sampai jenisnya. Semoga tulisan ini bermanfaat ya!