Kolam renang merupakan salah satu fasilitas dalam suatu hunian misalnya rumah, villa, wisma, hotel, dan sebagainya. Manfaat dari kolam renang ini sendiri adalah bisa untuk sarana olahraga di pagi atau sore hari agar badan tetap sehat, melatih pernapasan, dan untuk anak-anak bisa mempercepat pertumbuhan tulang. Selain itu, bisa juga digunakan sebagai sarana rekreasi untuk sekedar menikmati tenangnya air di senja hari, bermain air bersama anak-anak, teman, atau keluarga sehingga mampu menjadi obat atas kepenatan pikiran karena rutinitas sehari-hari.
Anda dapat mempercantik hunian rumah Anda dengan menambahkan fasilitas kolam renang sehingga rumah Anda akan terlihat lebih mewah. Jika Anda tidak ingin repot membangun sendiri kolam renang idaman, Anda dapat menggunakan jasa kontraktor kolam renang. Anda dapat memilih sendiri kontraktor mana yang menyediakan jasa pembuatan kolam renang sesuai dengan keinginan serta budget yang Anda miliki. Hal penting yang harus Anda lakukan dan pertimbangkan sebelum memilih kontraktor kolam renang yang terbaik adalah sebagai berikut:
Pelajari dan Pahami
Untuk memilih kontraktor kolam renang Anda tidak boleh asal-asalan dan langsung deal-deal saja dengan kontraktor tanpa mempelajari dan memahami perjanjian dalam pembangunan kolam renang ini. Terlebih dahulu Anda harus cek apakah kontraktor kolam renang tersebut sudah tersertifikasi atau belum. Apabila kontraktor kolam renang tersebut sudah tersertifikasi, maka tentunya sudah teruji bahwa mereka terpercaya dan kolam renang yang dibuat pun kualitasnya juga baik.
Cek Portofolio Hasil Proyek Yang Sudah Pernah Dibuat
Anda harus teliti dalam mengenali kontraktor kolam renang yang akan Anda pilih. Anda bisa terlebih dahulu mengecek portofolio hasil proyek pembangunan kolam renang yang sudah mereka lakukan. Lihat dengan seksama jangan sampai mereka hanya mencomot foto hasil proyek dari kontraktor lain agar jangan sampai Anda tertipu dan menyesal nantinya.
Sesuaikan Budget
Sesuaikan budget Anda pula ketika akan memilih kontraktor kolam renang. Apabila Anda sudah memilih dan menghubungi salah satu kontraktor kolam renang yang menurut Anda terpercaya, rundingkan mengenai harga pembuatan kolam renang ini agar sesuai dengan item-item apa saja yang Anda pilih dalam pembangunan kolam renang yang Anda inginkan.
Apabila dengan tips-tips tersebut Anda masih bingung untuk menentukan kontraktor mana yang menyediakan jasa pembuatan kolam renang yang terbaik dan terpercaya, maka Anda wajib memilih Ideal Pools.
Ideal Pools merupakan jasa kontraktor kolam renang yang telah berdiri sejak tahun 2006. Berbekal pengalaman lebih dari 10 tahun di bidang konstruksi, Ideal Pools siap memberikan jasa pelayanan pembuatan, perawatan, dan renovasi kolam renang terbaik bagi Anda. Area pelayanan utama dari Ideal Pools adalah kawasan JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Namun apabila Anda berniat ingin membangun kolam renang diluar kawasan tersebut, Ideal Pools juga tetap memberikan pelayanan untuk Anda.
Mengapa Anda harus memilih Ideal Pools sebagai kontraktor pembangunan kolam renang idaman Anda?
Ideal Pools memiliki legalitas resmi berbadan hukum sesuai dengan peraturan Negara Republik Indonesia.
Tenaga kerja spesialis pengerjaan kolam renang yang sudah berpengalaman.
Adanya garansi dalam pembuatan dan perawatan kolam renang.
Gratis biaya survey lokasi untuk Anda yang berada di kawasan JABODETABEK.
Menggunakan komponen-komponen yang berkualitas.
Pengerjaan pembuatan kolam renang selesai tepat waktu sesuai waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
Pembuatan RAB kolam renang hanya memakan waktu 1 jam dan bisa langsung dikirim ke kontak Anda untuk Anda setujui.
Ideal Pools memberikan pelayanan yang terbaik dan memperhatikan setiap detail pengerjaan pembuatan, perawatan, dan renovasi kolam renang untuk menjamin kepuasan Anda karena kami adalah kontraktor kolam renang yang handal dan terpercaya.
Apabila Anda tertarik untuk bekerja sama dengan Ideal Pools Anda dapat mengubungi kontak kami melalui Whatsapp di nomor 0812-9797-4334 atau email kami di alamat idealpools@yahoo.com. Untuk alamat kantor pusat Ideal Pools berada di Jl. Pertanian Blok C No. 46, Grogol Limo, Depok, Jawa Barat.
Halo, para pembelajar! Salam kenal dariku yang juga masih belajar. Kali ini kita akan belajar mengenai public speaking. Pasti sudah sering kita mendengar soft skill yang kerap dicari-cari orang sekarang ini. Public speaking atau bisa kita artikan sebagai kemampuan untuk berbicara di depan publik atau masyarakat umum.
Tips Lancar Public Speaking
Perlu aku tekankan bahwa bagaimanapun sebagai penulis di sini aku juga masih belajar, banyak kurang dan belum sempurna dalam mengasah kemampuan itu. Tetapi biarlah ini menjadi salah satu momen sharing yang bisa kita gali lebih dalam. Kalau teman-teman ada pandangan lain, bisa dibagikan juga di kolom komentar. Karena pada kenyataannya, setiap orang belajar dengan cara yang berbeda-beda.
Jadilah Pendengar yang Baik Dahulu
Pertama dan utama, mengenai kemampuan public speaking ini, aku meyakini bahwa seorang yang pandai berbicara sesungguhnya adalah orang yang pandai mendengarkan. Larry King, presenter terkena dari bumi Paman Sam, dalam sebuah buku yang sudah diterjemahkan dengan judul Seni Berbicara menyampaikan setidaknya ada dua syarat menjadi pembicara yang baik: perhatian yang dalam kepada orang lain dan keterbukaan diri. Memerhatikan dan terbuka atau sederhananya tadi itu, mau mendengarkan.
Karena ketika orientasi kita sebagai seorang public speaker adalah terus menerus menyampaikan sesuatu dan berbicara, oh ya ampun, kita akan sering diabaikan. Selain itu, percaya apa enggak, kebiasaan mendengarkan akan membuat modal kita untuk bicara semakin banyak. Sebab kita akan memiliki banyak wawasan dan tahu beragam persepsi, serta bisa menempatkan diri saat berbicara.
Buat Style Berbicaramu Sendiri
Selanjutnya, prinsip kedua yang harus dipegang saat melakukan public speaking adalah yakin bahwa setiap orang punya gaya sendiri-sendiri saat berbicara. Ada orang yang berbicara dengan cara serius, tegas, serta elegan, seperti presiden pertama kita Bung Karno atau Mbak Najwa Shihab di layar Narasi TV misalnya. Tetapi ada juga orang yang bisa berbicara renyah dengan gaya santuy dan uwu, seperti Raditya Dika atau Fiersa Besari. Walaupun begitu, tiap mereka pun punya ciri khas sendiri-sendiri. Selain mereka, masih ada orang-orang dengan keunikan gaya lainnya.
Ada yang senang berbicara dengan membawa catatan poin-poin, ada yang senang menampilkan slide power point yang kece, ada yang senang menggunakan alat peraga. Macam-macam kan. Jadi isokey, pede aja dengan gayamu sendiri. Gaya mana yang menurut kamu akan membantumu memberi penampilan terbaik saat berbicara di depan umum? Tentukan pilihanmu!
Practice Make Progress
Ketiga, karena public speaking merupakan sebuah skill, maka kita perlu tahu kalau untuk menguasainya tidak bisa tiba-tiba sudah jago. Untuk menjadi master, perlu latihan terus menerus, perlu belajar lagi dan lagi. Ir. Soekarno dan Mbak Najwa nggak mungkin tiba-tiba jadi seperti yang kita kenal sekarang. Raditya Dika dan Fiersa Besari yakin deh pernah bikin jokes yang garing sebelum sekarang ini.
Jadi, tetap semangat untuk kita berproses. Salah, keliru, lidah kelu, malu-malu, mari kita hadapi semua itu. Pelan-pelan tapi pasti kita gugurkan mereka satu persatu, dengan mau mengambil banyak kesempatan belajar. Selain itu, latihan sederhana juga bisa dilakukan seperti berbicara di depan cermin, melakukan video recording terus memainkannya ulang untuk ditonton sendiri, atau meminta teman mengomentari cara kita presentasi, dan sebagainya. Pokoknya senyaman kita aja.
Begitu ya teman-teman, semoga bisa mendorong kita untuk jadi public speaker yang lebih baik lagi. Senang melihat gaya speaking beragam orang-orang yang keren dan unik!
Ibarat bom waktu, pengangguran bagi sejumlah negara merupakan momok masalah serius yang musti segera dituntaskan. Pasalnya, selain menjadi indikator kunci dari kinerja pasar tenaga kerja suatu negara, pengangguran juga berdampak negatif terhadap kondisi ekonomi dan sosial secara luas. Lantaran pengangguran akan menyebabkan menurunnya produktivitas negara, kemudian memicu persoalan kesejahteraan masyarakat.
Uniknya, dari banyaknya fenomena pengangguran yang terjadi ternyata disebabkan oleh banyak faktor. Sehingga, apabila diurai maka ada banyak jenis pengangguran berdasarkan ciri dan penyebabnya. Untuk itu, supaya diperoleh pemahaman yang luas mengenai pengangguran. Maka, perlu kiranya mengulik soal pengangguran mulai dari pengertian, dampak, sampai jenisnya.
Pengangguran memiliki pengertian universal yang umum dipahami setiap orang, yakni seseorang yang tidak bekerja, photo by Steve Knutson on Unsplash
Mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengangguran diartikan sebagai orang dalam angkatan kerja (berusia 15 – 64 tahun) yang tidak bekerja sama sekali. Sedangkan, menurut BPS (Badan Pusat Statistik) pengangguran didefinisikan sebagai angkatan kerja (berumur lebih dari 15 tahun) yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau menyiapkan suatu usaha, atau sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja.
Memang, pengangguran memiliki pengertian universal yang umum dipahami setiap orang, yakni seseorang yang tidak bekerja. Sayangnya, pada pengukuran tingkat pengangguran, malah terjadi perbedaan tolak ukur dari beberapa lembaga karena perbedaan klasifikasi subjek perhitungan. Tentunya, karena hal itu, terjadi bias akurasi data yang menyebabkan data yang tersaji berbeda-beda. Bahkan, dari beberapa data itu dinilai tidak akurat dalam mengukur tingkat pengangguran nyata (real unemployment rate).
Namun demikian, guna menyeragamkan teknis pengukuran data, maka dijadikanlah penghitungan tingkat pengangguran standar ILO (International Labour Organization) atau Organisasi Buruh Internasional sebagai patokan global. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
Tingkat Pengangguran = (jumlah tenaga kerja yang tidak bekerja/jumlah total tenaga kerja) x 100%
Menariknya, pengangguran global pernah mencapai titik terendahnya sebesar 2,5 persen pasca perang Korea (1950-1953), dilansir dari Bureau of Labor Statistics. Sayangnya tak lama setelah itu perekonomian global malah mengalami resesi. Bahkan, sampai sekarang, torehan apik tersebut masih menjadi rekor yang belum terpecahkan. Lantas, kenapa sih pengangguran mesti diperhatikan secara serius, bahkan nilainya harus diminimalisir seminimal mungkin.
Hal itu dikarenakan pengangguran mampu menyebabkan masalah yang bersifat sistemik, dari masalah ekonomi merambat luas ke banyak hal. Misalnya saja, dalam skala kecil, seseorang yang menganggur tidak memiliki cukup uang untuk membeli kebutuhan hidupnya, baik jasa maupun barang. Tak ketinggalan, keluarganya pun menjadi tidak mempunyai pendapatan untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga kalau tidak segera memperoleh penghasilan, maka ia dan keluarganya akan jatuh miskin, dan apabila kebutuhan nutrisinya tidak tercukupi malah bisa memicu permasalahan kesehatan dan lainnya.
Sementara itu, dalam skala besar, pengangguran menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, sehingga kontribusi konsumsi masyarakat pada perekonomian nasional menjadi turun. Akibatnya, akan ada banyak sektor yang mandek karena daya beli yang rendah. Dan, bukan hanya produktivitas nasional saja yang akhirnya turun, tetapi juga akan menimbulkan PHK besar-besaran dan melumpuhkan perekonomian negara.
Itulah mengapa pengangguran berdampak luas tidak hanya bagi yang menganggur saja. Bahkan, jika perekonomian nasional lumpuh bukan tidak mungkin akan merembet pada permasalahan sosial yang lebih luas. Karenanya, pengangguran merupakan masalah serius yang harus segera dituntaskan.
Dalam realitanya, pengangguran dapat disebabkan oleh banyak hal. Karenanya, pengangguran diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan penyebabnya. Tentunya, beda jenis penganggurannya, beda juga solusinya. Untuk itu, supaya mengetahui jenis-jenis pengangguran itu, berikut ini diantaranya:
#1 Pengangguran Friksional
Pengangguran friksional setidaknya disebabkan dua hal, photo by ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang disebabkan oleh dua hal. Pertama, tidak cocoknya pencari kerja dengan ketersediaan pekerjaan. Kedua, tidak sampainya informasi dari pencari kandidat ke pencari kerja. Dan, untuk menggambarkannya, berikut ini contohnya:
Seseorang yang belum memperoleh pekerjaan baru setelah resign dari pekerjaannya karena pindah rumah atau ingin memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Atau dalam contoh lain, seorang ibu rumah tangga yang sedang mencari pekerjaan pertamanya atau ingin kembali ke dunia kerja juga termasuk jenis pengangguran friksional.
Berdasarkan contoh-contoh diatas, jenis pengangguran friksional merupakan hal yang lazim dialami setiap orang yang sedang mencari kerja. Karenanya, jenis pengangguran itu bersifat sementara atau jangka pendek. Bahkan, jenis pengangguran ini sejatinya berdampak positif bagi perekonomian lantaran pencari kerja berpotensi memperoleh tempat kerja yang lebih produktif.
#2 Pengangguran Struktural
Pengangguran struktural mengacu pada pengangguran yang disebabkan oleh perubahan struktur ekonomi. Atau lebih jelasnya, pengangguran ini dikarenakan keterampilan pekerja yang tersedia di pasar tidak memenuhi kualifikasi pekerjaan yang dibutuhkan oleh para pencari kandidat. Karenanya, jenis pengangguran ini berlainan jauh dari pengangguran friksional. Namun, keduanya sama-sama hal yang alamiah dalam proses pencarian kerja, lantaran keduanya akan tetap ada walaupun negara sudah mencapai tingkat output potensialnya ataupun sektor ekonomi negara sudah beroperasi pada pekerjaan penuh.
Sementara itu, pengangguran struktural biasanya disebabkan oleh banyak faktor. Misalnya, kemajuan teknologi yang memunculkan teknologi atau mesin yang canggih, sehingga beberapa keterampilan menjadi usang dan tergantikan dengan lapangan kerja jenis baru. Atau, beberapa faktor yang lain, seperti perubahan permintaan, kekakuan pasar tenaga kerja, dan perubahan lokasi geografis pekerjaan, yang juga menyebabkan terjadinya jenis pengangguran struktural.
Selain itu, ancaman resesi yang melumpuhkan perekonomian suatu negara juga berdampak besar pada terciptanya pengangguran struktural. Pasalnya, resesi yang berlangsung lama akan menyebabkan orang yang menganggur dalam waktu lama kehilangan keterampilannya. Karenanya, secara alamiah, angka pengangguran jadi semakin tinggi.
#3 Pengangguran Siklis
Pengangguran siklis merupakan jenis pengangguran yang ditimbulkan oleh siklus bisnis yang pasang surut. Berkebalikan dengan pengangguran struktural, pengangguran siklis justru akan mengalami peningkatan ketika aktivitas ekonomi sedang berkontraksi, dan sebaliknya, akan mengalami penurunan ketika aktivitas ekonomi sedang berekspansi.
Lantas, bagaimana siklus bisnis itu diketahui? Siklus bisnis merupakan fase turun dan naiknya pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam indikator pertumbuhan PDB riil sebagai penjelas pertumbuhan output agregat dari perekonomian. Adapun dalam fasenya, siklus bisnis kemudian dibagi ke dalam 4 fase, diantaranya fase kontraksi, ekspansi, palung, dan puncak. Dimana fase kontraksi adalah aktivitas ekonomi yang sedang menurun, sedangkan ekspansi adalah aktivitas ekonomi yang sedang meningkat. Sementara, palung adalah titik terendah siklus, dan puncak adalah titik tertingginya.
Sementara itu, lebih jelasnya mengenai pengaruh siklus bisnis terhadap pengangguran siklis adalah ketika terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal selama resesi. Sebab, selama periode itu, profitabilitas perusahaan melorot akibat anjloknya permintaan barang dan jasa, sehingga perusahaan mau tidak mau harus menjaga efisiensi operasi perusahaan. Karenanya, PHK untuk merampingkan struktur biaya operasional terkadangan lebih dipilih supaya perusahaan tetap mampu bersaing dalam kondisi sulit.
Namun biasanya, pemerintah tidak akan tinggal diam merespon itu, dengan melakukan intervensi melalui kebijakan ekspansif untuk menstimulus dunia usaha. Karena itu, perekonomian kemudian akan berangsur-angsur membaik dan pulih, sehingga daya beli akan meningkat. Dan karenanya, permintaan yang meningkat itu akan menyebabkan peningkatan produksi. Akhirnya, perusahaan yang kembali bergerak itu akan membutuhkan tenaga kerja, dan tingkat pengangguran pun menjadi turun.
Sayangnya, meski pengangguran siklis bersifat sementara, tetapi apabila tidak diantisipasi atau segera ditangani. Maka, alih-alih perekonomian akan segera membaik, yang terjadi malah bisa sebaliknya. Yakni, karyawan yang diberhentikan menjadi tidak memiliki uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, sehingga permintaan menurun dan akhirnya pengangguran malah makin menambah.
Jenis pengangguran jangka panjang biasanya terjadi akibat dari pengangguran struktural atau pengangguran siklis, foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Pengangguran jangka panjang mengacu pada seseorang yang tidak bekerja selama 27 minggu atau lebih dari itu. Jenis pengangguran ini biasanya terjadi akibat dari pengangguran struktural atau pengangguran siklis. Untuk itu, resesi atau ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki pencari kerja dan ketersediaan pekerjaan bakal menimbulkan pengangguran jangka panjang.
#5 Pengangguran Musiman
Dikarenakan perubahan musim pada suatu daerah atau negara yang menyebabkan terjadinya pengangguran, maka jenis pengangguran ini dinamakan sesuai dengan penyebabnya, yaitu pengangguran musiman. Umumnya, pengangguran musiman terjadi di sektor pertanian, lantaran dalam pertanian sangat bergantung pada perubahan musim, yakni musim tanam dan musim panen. Namun, pada profesi lain, sebenarnya juga mengalami pengangguran musiman, seperti buruh konstruksi, instruktur ski, karyawan wisata, jas hujan, penjual es, dan sebagainya.
#6 Pengangguran Klasik
Jenis pengangguran klasik dikenal juga “pengangguran terinduksi” atau “pengangguran upah riil”. Pasalnya, pengangguran klasik terjadi disebabkan tingginya Upah Minimun Provinsi (UMP) dari hukum permintaan dan penawaran. Karena itu, ada tiga situasi dalam jenis pengangguran ini, diantaranya:
Terlalu tingginya upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah
Terlalu tingginya gaji dan tunjangan yang dinegosiasikan oleh serikat pekerja
Terlalu tingginya upah dari kontrak jangka panjang di saat resesi
Alhasil, ketiga situasi itu membuat perusahaan harus membayar upah yang besar ke setiap karyawan. Karenanya, opsi PHK lebih dipilih agar perusahaan tetap mampu bertahan dalam persaingan kerja yang kompetitif. Akibatnya, karyawan yang diberhentikan menjadi korban pengangguran klasik.
Jenis setengah pengangguran yang dimaksud adalah seseorang yang mempunyai pekerjaan tetapi pekerjaannya itu tidak sesuai dengan tingkat keahlian dan kapasitas sebenarnya yang ia miliki. Atau juga, seseorang yang bekerja secara tidak optimal karena waktu kerjanya di bawah jam kerja normal, yaitu dihitung 35 jam kerja selama seminggu. Sementara, ILO mendefinisikan jenis setengah pengangguran sebagai perbedaan antara jumlah pekerja yang bekerja dalam pekerjaannya dengan jumlah pekerjaan yang mampu dan ingin dikerjakan secara normal.
Atas dasar itu, jenis setengah pengangguran kemudian diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, diantaranya adalah pengangguran tersembunyi atau terselubung, setengah menganggur sukarela, dan menganggur terpaksa. Adapun penjelasan ketiga jenis tersebut adalah sebagai berikut:
Setengah pengangguran tersembunyi atau terselubung
Setengah pengangguran tersembunyi atau terselubung dimaksudkan kepada tenaga kerja yang kerjanya tidak optimal lantaran perusahaan atau lembaga tempat ia bekerja kelebihan tenaga kerja. Misalnya, pabrik tahu yang mestinya cukup mempekerjakan 10 orang karyawan supaya produksi pabriknya optimal, tetapi malah mempekerjakan lebih dari jumlah itu, yaitu 12 karyawan. Dengan begitu, 2 orang dari 12 karyawan itu termasuk dalam pengangguran tersembunyi atau terselubung.
Setengah menganggur sukarela
Jenis pengangguran ini mengacu pada seseorang yang bekerja di bawah jam kerja normal, yaitu 35 jam selama seminggu, namun ia tidak bersedia menerima atau bahkan mencari kerja lagi. Dan, untuk menggambarkan jenis pengangguran ini, berikut ini contohnya:
Seorang tenaga ahli yang penghasilannya dihitung berdasarkan jam kerja, biasanya kalau gaji per jamnya sudah besar, maka ia tidak banyak mengalokasikan banyak waktunya untuk bekerja. Atau dalam contoh lain, seseorang yang mendapatkan penghasilan besar dari penyewaan tempat, biasanya ia tidak banyak memforsir waktunya untuk banyak bekerja.
Setengah menganggur terpaksa
Jenis pengangguran ini kebalikan dari setengah menganggur sukarela, yaitu seseorang yang kerjanya di bawah jam normal (35 jam per minggu), tetapi ia masih berusaha mencari atau bersedia menerima pekerjaan lainnya, untuk meningkatkan pendapatan yang ia terima. Contohnya, seseorang yang bekerja sebagai penjaga warnet, yang jam kerjanya hanya empat jam per hari. Atau, pekerja bangunan yang jam kerjanya tidak setiap hari. Lantaran penghasilan mereka tidak terlalu banyak, maka mereka berusaha memanfaatkan sisa waktu mereka untuk memperoleh pekerjaan lainnya.
Kekurangan modal, Pengeluaran yang tidak perlu, Sikap bos, Keserakahan, Penundaan dan tidak mendengarkan suara internal Anda. Inilah alasan bisnis saya gagal.
Izinkan saya membongkar bagaimana faktor-faktor ini merusak bisnis saya.
Pertama, izinkan saya memberikan konteks tentang saya.
Sejak kecil, saya terpesona oleh bisnis dan korporasi besar.
Orang-orang seperti John Pierpont Morgan (Populer sebagai JP Morgan), George Westinghouse, Mukesh Ambani, Ratan Tata adalah inspirasi saya. Saya selalu ingin menjadi dan akan berada di level mereka.
Kisah Lika-Liku Bisnis Saya
Saya selalu mendengar bahwa peluang terbatas dan Anda tidak boleh melewatkannya. Karena itu, saya tertarik pada ide bisnis yang diajukan kepada saya. Orang-orang yang mengenal saya tahu betapa saya mencintai bisnis sehingga mereka cenderung menyampaikan ide-ide mereka kepada saya.
Saya telah memulai banyak bisnis dengan teman saya beberapa di antaranya gagal tetapi untuk ini, saya akan membahas yang baru-baru ini.
Kali ini salah satu teman kuliah saya yang baik (saya tidak akan menggunakan nama aslinya jadi mari gunakan Hendri) yang ingin melakukan bisnis pemasaran selebriti menghubungi saya. Dia merencanakan ini dengan teman lain Firman (bukan nama sebenarnya). Dia memberi saya ide, saya sedang mengerjakan ide yang sama jadi kami membuat rencana bersama dan memutuskan untuk bekerja sama.
Kami membuat rencana yang tepat, berkontribusi terhadap modal dan memutuskan tanggung jawab semua orang yaitu:
Firman – Departemen Pemasaran.
Hendri – Operasi + Penjualan (dengan saya).
Saya– Keuangan + Penjualan (dengan Hendri).
Perencanaan kami tampaknya bagus. Kami memiliki modal ₹ 2,40,000 (masing-masing 80,000) dan kami mulai dengan eksekusi.
Kami mempekerjakan 6 karyawan dengan total biaya ₹ 55.000 sebulan. Kami bahkan menyewa kantor seharga ₹ 40.000 (Ya, setinggi ini). Kami juga memiliki beberapa biaya operasional lain seperti tagihan listrik, Makanan dan beberapa lagi yang harganya lebih dari ₹ 25.000.
Kami berhasil memiliki beberapa klien yang menghasilkan total ₹ 85.000 per bulan. Kami bahkan tidak dapat memulihkan biaya operasional.
Ini berlanjut selama beberapa bulan dan kemudian melanda korona diikuti oleh penguncian yang diberlakukan pemerintah sehingga kami harus menutup bisnis kami karena kami kehilangan klien kami dan tidak mampu membayar sewa.
Singkatnya, inilah kesalahan Bisnis yang kami lakukan:
Pengeluaran yang Tidak Perlu:
Kami memiliki begitu banyak pengeluaran yang tidak kami butuhkan. Kami memiliki seorang office boy, printer berwarna Fancy ₹ 16.000, kami kelebihan tenaga, kami berpesta hampir setiap akhir pekan dan banyak lagi pengeluaran yang tidak dapat saya ingat. Kantor kami adalah satu-satunya pengeluaran terbesar kami (yang saya lawan). Kami tidak memiliki penghasilan dan begitu banyak pengeluaran, ini adalah kesalahan pertama kami.
Boss Attitude:
Kami adalah Bos, inilah sikap kami. Kami mengalihkan setiap tugas kepada karyawan kami. Untuk menaiki tangga Anda harus mulai dengan tangga pertama tapi kami melompat ke tangga ke-5. Karena itulah kami jatuh. Kami bertindak sebagai manajer dalam bisnis.
Tidak mendengarkan suara tim internal Anda dan menjadi serakah:
Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya belum siap untuk kantor dan itu mahal. Teman saya hendri meyakinkan saya bahwa kami membutuhkannya. Dia mengatakan kepada saya bahwa itu akan membantu kami menghasilkan. dia mengatakan kepada saya bahwa semakin baik kantor yang kami terima, semakin banyak klien yang akan kami miliki dan kami dapat menghasilkan lakh bulanan.
Suara batin saya akan mengatakan bahwa ini bukanlah keputusan yang bijaksana dan rasanya tidak benar. Itu adalah bagian rakus saya yang meyakinkan untuk memilikinya.
Penundaan:
Menunda pekerjaan adalah sifat kedua kami. Ini membebani kami klien dan uang. Saya biasa buka kantor jam 11. Beberapa minggu kedua pasangan saya datang tepat waktu kemudian mereka mulai datang terlambat. hendri Datang pada jam 1 siang, itu menjadi normal baginya. Kami banyak bertengkar tentang ini. Dia tidak serius untuk bisnisnya. Dia ingin menikmati uang. Dari bulan pertama, rasanya kita akan gagal dan itu terjadi. Saya dan Firman harus menderita karena itu. silahkan simak tips manajemen waktu ini
Kekurangan Modal:
Atau saya harus mengatakan menghabiskan semua modal. Dengan begitu banyak pengeluaran dan sedikit pendapatan dalam beberapa bulan kami kehabisan modal.
Saya akan merekomendasikan jika Anda memulai bisnis pastikan pihak lain tertarik dan berkomitmen seperti Anda. Cobalah untuk membatasi pengeluaran Anda dan terlibat dalam bisnis Anda tidak bergantung pada karyawan Anda.
Semoga Anda belajar sesuatu dari kesalahan saya.
Tulisan dari Raj Khandelwal, Dropshipper | Entrepreneur | Runs a startup.
Meminjam cara Tere Liye bertutur, nasihat lama itu benar adanya, bahwa semua amalan tergantung niatnya.
Aku belajar ini dari seorang youtuber yang kini juga menjelma penulis, Gita Savitri Devi, yang lebih akrab disapa Mbak Gitasav. Telah khatam kubaca cerita perjalanannya yang diabaikan dalam buku berjudul Rentang Kisah.
Sudah dari lama nama perempuan itu kudengar sejak SMA. Seorang teman memperkenalkan, “Itu Mbaknya suka nge-cover lagu sama pacarnya”. Paul, nama si mas pacar ini. Seorang pria yang kala itu berkeyakinan Nasrani, berbeda dengan Mbak Gita yang beragama Islam. Tulisan ini tidak dalam rangka membenturkan dua kepercayaan itu. Aku lebih ingin menyorot pembelajaran apa yang kudapat dari perjalanan dua anak adam ini.
Siapapun tahu, menjalin hubungan dengan kepercayaan yang berbeda tentu bukan hal mudah. Sulit banget malah. Bahkan ada yang bilang, ending-nya sudah pasti akan pisah. Istilahnya, dasar hidupnya aja udah beda, gimana nanti menjalani hidup bersama, hiyahiyaaa. Ini menjadi kegelisahan Mbak Gita juga.
Maka terlintas di benak Mbak Gita supaya bisa mengobrolkan soal agama secara baik-baik dengan Mas Paul. Lebih-lebih kalau nanti Mas Paul tertarik masuk Islam. Kalau bisa sevisi dalam agama, maka langkah ke depan tentu akan lebih mudah.
Tetapi, sayangnya Mas Paul ini nggak nyaman ketika harus menyinggung ke arah sana. Ia, oleh Mbak Gita, dibilang cukup alim dalam agamanya. Tentu saja ini super duper menggalaukan bagi Mbak Gita. Selama setahun ia masih belum juga menemukan titik terang.
Bersamaan dengan itu, Mbak Gita juga merasa selama ini ia sebenarnya tidak memahami banyak hal soal agamanya sendiri. Hingga pada suatu hari, tanpa sengaja Mbak Gita dipertemukan dengan sebuah buku. Buku lama miliknya, biografi tentang Rasulullah saw yang ditulis oleh Martin Lings.
Seperti sudah jodoh, ada sebuah ayat yang kemudian menyambutnya di sana.
“Sesungguhnya engkau tidak dapat memberi petunjuk orang yang engkau cintai, melainkan Allah lah yang memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.” (QS Al-Qasas : 56)
Merasa ditampar, Mbak Gita menyesal, “Seharusnya gue nggak maksain Paulus supaya pindah agama.”
Ada rasa bersalah yang kemudian timbul. Usaha memaksa-maksa itu berangkat dari rasa egois untuk bisa hidup bersama. Sedangkan Allah swt sendiri yang menyampaikan bahwa manusia tidaklah punya daya untuk itu, tetapi Allah.
Lalu diingatkan, Mbak Gita beringsut beringsut membenahi niatnya. Ia menggugurkan rasa egoisnya. Ia tidak lagi berharap yang bukan-bukan soal berpindahnya Mas Paul untuk menjadi muslim. Ia ingin mengenalkan Mas Paul dengan Islam semata-mata karena Allah. Bukan karena keinginan pribadinya. Bagaimana nanti Mas Paul pada akhirnya, itu tidak akan jadi soal. Karena niat Mbak Gita sudah melampaui niat sebelumnya.
Setelah itu, hatinya menjadi plong sekali. Jalan yang kemarin ditempuh berat rasanya menjadi begitu ringan, padahal bedanya hanya pada niat, pada keikhlasan.
Momen itu tidak buru-buru datangnya, tapi hadir juga. Perlahan Mas Paul terbuka berdiskusi soal agama dan menemukan satu titik yang betul-betul mendekatkannya dengan islam. Jalan ke depan menjadi begitu terang. Aku sebagai pembaca sampai menitikkan air mata. Padahal kalau boleh jujur, cara menulis Mbak Gita bukanlah gaya tulis puitis atau menye-menye. Tapi cerita yang deep ini berhasil dibawakan juga secara ajaib.
Cerita ini begitu berkesan. Sekali lagi, aku belajar kekuatan sebuah niat. Meskipun yang dilakukan sama-sama hal baik, ketika niatnya berbeda itu akan berpengaruh sekali dalam prosesnya. Aku tidak bicara hasil, karena hasil itu uncontrollable.
Mbak Gita lebih ringan berjalan ke depan ketika niatnya sudah membumbung tinggi melampaui keegoisan pribadi. Ketika kita mengharapkan sesuatu yang kemudian gagal, kita juga tidak terlalu sakit hati karena kita tahu telah mengusahakan yang terbaik dan inilah hasil terbaiknya.
Niat kita adalah menjemput panggilan-Nya untuk berbuat baik sebanyak mungkin. Rahmatan lil alam in. Semangat untuk terus bisa berdaya upaya dengan niat yang penuh mengharap ridho-Nya!
Beyond Data, Memaham data tenaga kerja dan dilema subsidi upah?
Kalau berbasis labour statistics yang diadopsi SAKERNAS dimana org bekerja didefinisikan mereka yang melakukan pekerjaan minimal 1 jam dalam 1 minggu terakhir saat disurvei, dengan kategori yang longgar termasuk membantu pekerjaan keluarga tanpa dibayar sekalipun
Seharusnya secara alamiah angka pengangguran terbuka mendekati nol. Krn sulit sekali org menjadi pengangguran dlm tafsir statistik.
Saya jujur blm pernah mengolah data mikro sakernas, tapi kalau angka pengangguran msh diatas 5% dari angkatan kerja (agustus 2019, 5.28%).
Maka secara riil sebenarnya hanya 5.28% dari total cakupan data yang dijadikan sampel saja, jumlah sampel ebanyak 200rb rumah tangga (Q3)
Maka dengan asumsi rata2 populasi bekerja 50% dari anggota keluarga yang rata² jumlahnya 4.7 org maka, total sampel yang masuk dlm survei dan disebut sebagai bagian prngangguran terbuka hanyalah:
200rbx4.7×5%= 47rb orang saja, dari total sampel 940rb orang angaktan kerja yang merupakan hasil survei dari 200rb rumah tangga.
Nah bisa dibayangkan, sebenarnya apakah presisi asumsi2 statisik demikian digunakan sbg formulasi kebijakan? Salah satu fungsi statistik sbnrnya adalah untuk komparasi baik antar waktu ataupun antar subjek misal perbandingan antar daerah antar negara, tapi untuk sebuah kebijakan butuh kemampuan untuk memformulasikan data statistik lebih dlm dengan melibatkan insting pengambil kebijakan yang benar2 memahami limitasi data.
Gara2 47rb orang yang disurvei ga bekerja walau sekedar nganter anak tetangga ke sekolah, padahal sudah tidak lagi sekolah, masih mau mencari kerja (jika tidak mencari dia akan dikeluarkan dari angkatan kerja, misal ibu rumah tangga, difabel yang tidak memungkinkan, dll) dan msh usia produktif maka dianggap pengangguran masih 5%.
Bukan bermaksud meremehkan statistik karena proyeksi prosentase ini juga didasarkan basis data sensus dan proyeksi yang menganut azas2 statistik yang ketat, bps telah bekerja keras dan serius untuk membangun data, tapi bayangkan jika program didasarkan pd basis populasi yang ada maka akan salah kaprah bukan? BPS justru harus didukung optimal misalnya untuk memperbesar sampel yang lebih presisi,
Hanya saja, yang jrg dipahami adalah kedalaman dan beyond data dalam policy instrumentnya. Model demikian juga yang agaknya dianut oleh kemenaker dengan proposal subsidi pekerja di bawah upah 5jt, yang disebut angkanya hanya sekitar 13 jt dengan menganut data bpjs ketenagakerjaan. Pdhl data terkahir yang dipublikasikan kepertaan diakhir 2018, hanya menunjukan peserta sekitar 30,4 jt saja diprogram jkk dan jkm dengan 19,4jt peserta penerima upah, 8,6 jt pekerja konstruksi dan 2,3jt peserta bukan penerima upah. Jika datanya hanya jht maka cuma ada data 15,2jt saja. Perlu diingat perpres 109 thn 2013, soal bpjs memungkinkan bpjs tk diterapkan berjenjang, untuk usaha mikro-kecil, menengah dan besar
Kenadala kedua, banyak perusahaan mendaftarkan BPJS dengan basis upah minimumnya bukan upah efektif sehingga angka 13 juta bisa tidak mewakili fakta lapangannya. Meski terdaftar senilai umk upah rata² perbulan yang efektif bisa jadi lebih, kasus pilot lion air yang difaftarkan bpjs tk dengan umk salah satu contoh yang sempat dibuka ke publik. Meski msg2 peserta sebenarnya juga dibekali sistem untuk melaporkan data kepesertaan tetapi minimnya informasi soal hak ini shg tidak banyak dimanfaatkan
Bagi saya, subsidi upah itu kerja keras yang luar biasa, keberanian untuk budget allocation di masa pandemi yang ruang fiskalnya sangat sempit, sepenuhnya saya dukung di masa covid bantalan sosial demikian memang harus dipersiapkan untuk menambal konsumsi, jauh lebih tepat dibanding model pra kerja, tapi dengan menggunakan data bpjs tk ini masalah seriusnya. dapat dipastikan akan menimbulkan ambivalensi kebijakan.
Pengalaman di singapura dan beberapa negara lain di masa-masa resesi, skema subsidi pekerja menjadi ranah kerjasama tripartiet dimana serikat pekerja dilibatkan untuk membangun komitmen bersama dengan aosisasi usaha, subsidi upah biasanya dilakukan di masa resesi untuk mengurangi operational cost perusahaan dengan syarat zero PHK, dan juga kinerja perusahaan dipantau bersama otoritas melibatkan serikat pekerja.
Usul sederhana, ibu menaker lebih baik coba tempatkan staff ahli yang paham dinamika ketenagakerjaan di ranah yang kompleks, mulai dari statistik, hubungan industrial, hingga dinamika di lapangan agar instrumen kebijakan yang dirumuskannya bisa presisi. Toh, kementerian ini kan estafet satu partai harusnya tidak perlu mulai dari nol, bisa secara berkesinambungan mengelola progran
Data ketenagakerjaan sangat sulit sekali dijadikan patokan karena kita tidak memilih sistem yang memadai dan terintegrasi ditambah kewenangan yang juga terdesentralisasi serta blm mapannya pola kordinasi terkait hal tersebut..
Selamat bekerja Bu Ida! Oh ya, media juga kalau mbikin isu agak nyambung dong basis datanya aja bpjs tk, ngapain tanya pns atau bukan, kan pns ga dapat bpjs tk!
Bau²nya 1,5 bulan berjalan di kuartal 3 belum ada perbaikan signifikan, Kawan² industri masih menahan produksi, dengan alasan pasar yang sulit tumbuh,
Di pemasaran juga bekerja keras dengan harapan bukan meningkatkan closing tapi berharap ada efek pasca covid mereda, semua berebut tumbuh pasca covid sambil membangun optimisme
Industri² jasa, konsultasi dan pelatihan mulai bergeliat kembali karena dianggap paling dibutuhkan untuk memberikan insight pada pekerja dan organisasi bisnis dalam.hadapi covid,
jasa² yang didorong rumah tangga yang sebenarnya paling terpukul, karena keringnya perputaran uang di masayaarakat, memaksa konsumsi diturunkan pada tingkat ekstrem, survivalitas
Lalu bagaimana dengan intervensi negara?
Instrumennya bansos dan skema pemulihan ekononomi lainnya agaknya memang bukan jadi tool untuk menggairahkan sekedar menjadi bantalan resiliency bagi pelaku usaha dan masayaarakat,
Di wilayah bansos merubah pola konsumsi yang sedianya didorong ritel oleh rumah tangga kini menjadi government spending baik lewat APBN K/L, APBD sampai APBDes.
Tp konsumsi barang² tersebut tidak bergerak signifikan kecuali anomali semisal sarden, dimana sarden sejatinya bukan konsumsi masal tapi sbg penambah gizi yang instant sarden dijadikan paket shg industrinya yang ganti kualahan memenuhi permintaan sementara pasokan ikan menurus drastis, imbasnya mgkn terpaksa impor bahan baku jadi pilihan.
Ini tentu beda cerita jika yang dilakukan adalah cash transfer pola konsumsinya tetap bertahan, tetap menggunakan jalur yang menghidupkan ekonomi cuma daya belinya saja yang ditambal. Tp apapun pilihannya semuanya adalah niat baik pemerintah yang bagi saya patut diapresiasi, meski bolongnya masih sangat banyak tapi perlu setahap demi setahap dibenahi bersama.
Ujung pangkal PEN terbesar adalah belanja pajak, semacam model ingpas, jadi pajak tetap tapi dibayar oleh negara, disinilah trick akuntansi anggaran dimainkan, secara faktual uangnya bisa jadi tidak ada, kalau pun ada akan ditagih kembali dalam restitusi pajak sekedar membantu cash flow saja, banyak instrumen lain yang disiapkan tapi yang paling dibutuhkan sebenarnya bantuan likuiditas yang terukur dan sistematis dengan menejemen resiko yang mumpuni,
What next to do?
Lembaga² keuangan harus mampu menambal kekeringan putaran uang di pelaku usaha dan industri, ditambah memberikan insentif investasi baru yang memadai utamanya dalam soal inovasi teknologi untuk penetrasi pasar dan pembangunan basis material pendukung (backward industry) yang semakin mendekatkan industri dengan UMKM.
Instrumen pembiayaan ini bisa dikerjakan bersama melalui paired credit, dimana kredit lunak yang diberikan pada industri dibarengi dengan kredit lunak pada stakeholders terkaitnya dengan prasayaarat kontrak komitmen kerja yang jelas, shg industri punya energi untuk tumbuh di sisi lain para supplier menengah ke bawah juga siap bekerja kembali memberikan supporting. Tanpa skema ini akan jadi diskusi ayam dan telor, industri butih input tapi mengevaluasi skema pembayaran dengan term yang lebih rumit, sementara supplier ingin bergerak tapi juga kesulitan untuk memenuhi term baru tersebut yang tentu menambah resiko ditambah tdk mudah mendapat modal kerja dimasa covid.
Resep ini yang dikerjakan china untuk segera bangkit, paired credit yang berlaku di industri dan supplier²nya, dengan suku bunga rendah dan penjaminan yang memadai, negara mgkn terkesan berjudi, tapi dengan sistem yang proper skema ini bisa dijalankan untuk segera mengghairahkan ekonomi yang lesu. Kredit di industri paling vital adalah menyangkut mempertahankan cash flow untuk operational cost; perawatan fasilitas produksi & biaya tenaga kerja, sdengan untuk input material mereka berusaha berhemat, maka jika credit supplier juga diberikan akan memberikan kemungkinan untuk tumbuh lebih baik, sementara supplier bisa mengoptimalkan potensi maksimalnya untuk tetap memenuhi kebutuhan tanpa terganggu term yang pembayaran yang semakin rumit, karena back up paired credit tersebut.
Maka negara, dalam konteks ini otoritas moneter hrs bahu membahu dengan asosiasi usaha, serius menta dan mencari terobosan² untuk memecahkan kebuntuan ayam dan telor, dengan modal besar satu hal: RAKYAT KITA TIDAK MALAS DAN RINDU BEKERJA KERAS….
Detil²nya saya yakin rekan² di perbankan ratusan kali lebih paham dan lebih jago membangun instrumennya, bank juga bekerja keras untuk kembali tumbuh dengan inovasi di segala lini.
Saya ga pernah diajarin berdagang sejak dini, di rumah diajarin sekolah yang bener, nilai bagus dapat sekolah bagus, maka meski jarang ranking 1 tapi aku selalu 10 besar dong, next masuk kampus mayan keren lulus “5 tahun bayangannya cuma cari kerja!” Sama sekali skill bisnis ga diasah, nol besar, belum pernah sekali pun jualan kecuali main² jual gambar hasil menang geplakan.
Apalagi cerita pak hermanto bosnya avian, yang diajari bisnis sejak umur 3 taun ama ortunya yang saat itu cuma punya warung klontong sampe sekarang jadi salah satu konglomerasi. Pak her, diajarin uang angpaonya dititip jadi roti di warung emaknya, kalau roti laku untungnya dikasih ke dia, kalau ga laku sampe basi duitnya ilang! Maka bocah 3 tahun bukan minta jajan tapi nawarin jajan ke temen²nya, dst…
Bisa disimak tuh banyak cerita pendidikan dari keluarganya yang menarik disimak, dengan pola itu meski jadi konglomerat dia tetap humble punya visi, termasuk di era covid beliau yang serius berusaha zero termination, alias ga ada phk! Meski di beberapa lini bisnisnya dihajar covid sedemikian parah. Kecakapannya luar biasa tapi hidupnya sederhana, sering mampir makan pinggir jalan tanpa norak kaya eksmud (eksekutif muda) yang cicilan utangnya ga kelar² tapi konsumtif.
….
Untungnya saya, ketemu mamahnya aksa, dari tradisi keluarganya fighter, emaknya jual di pasar mungkin kalau ga bareng² dilarang semua anaknya setelah sakit bakal terus di pasar sampe akhir hayat, kakak pertama produsen tempe, jual ke pasar juga, bahkan sejak muda beliau fight terjun di pasar bukan hanya jadi pedagang bahkan mulai dari kuli, kakak kedua juga kerja keras dari muda keluarganya berbisnis apa aja, sambil juga terus menawarkan jasa² melayani orang² sepuh dari pagi sampe malam, kakak nomer 3 fighter juga bertani, mborong buah dll,
Mamahnya aksa, jaman kuliah dah jualan nasi onigiri, untungnya sudah 2 kali UMR DKI sekarang sebulan, udah bisa gaji org yg bantuin jg,
Eits..jaman kencan, aku lebih banyak ngrepotin daripada ngebantuin, sekarang juga masih jual ini dan itu dan aku sama aja masih lebih banyak rempong daripada bantuin😂….
…
Jadi aku selalu malu karena ga punya jiwa berdagang!
Ga punya mental apalagi pengalaman, tapi itu semua butuh proses aku meyakini satu hal saja, “aku terdidik sejak kecil diorganisasi, untuk cepat menyesuaikan diri dan belajar apapun dengan sangat cepat, dan cepat matang by proses”, setidaknya kelas 4 sd sudah ikut terlibat panitia inti kegaitan ramadhan dan idhul qurban!
so berwirausaha itu barang nampak, tentu lebih sulit belajar ilmu tadjwid yang harus dengung ini itu yang kita ga tau persis dari mana udara keluar, toh belajar berdagang yang tak perlu aljabar dengan model kalkulus segala hanya mengandalkan mental, filling dan common sense sebagai market reason “harusnya” lebih mudah..
Jadi sejak covid ini, disamping “Nganggur From Home” wfh mah mainstream broo, tak ada pilihan kecuali untuk belajar terjun, pait, susah dan ya begitulah, hasil masih minim, tapi bukan berarti tanda utk mengakhiri, karena dlm proses tidak ada kegagalan, cuma ada dua kata, berhasil atau dapat pelajaran….
Beruntung sekawan sana sini juga mendukung, bahkan ada yang rela mengajari ini dan itu dari yg receh tetek bengek sampe kasih pandangan dan network yang luas, saya tak pernah tau kemana ujungnya, seperti apa? Tapi semua upaya ini hanya untuk satu tujuan “biar hidup saya lebih manfaat”! Tak niatkan belajar, ini yang sering jadi ledekan, “ayah ngerjain apapun untunge cuma ilmu, bukan duit,”
Pas ngomong ke ibu, ku mau berbisnis minta doa! Ibuku yang masih pns oriented tetap menyokong dan mendoakan tapi ya selalu bilang, kenapa harus berbisnis? Kenapa ga kerja?
Jawabannya sederhana, “diajarin mamahnya aksa”, kudu sugih! Emang kalau sugih mau buat apa? Orang bukannya yang penting cukup ga perlu sugih?
Jawabannya yang paling sederhana, “aku ga mau liat anak², keponakan² ku ga punya pilihan dalam hidupnya gara² ga ada yang ndukung secara finansial, ilmu, jaringan dan sebagainya, ke depan semakin rumit tantangannya, tentu ga bisa generasi berikutnya hanya dibekali ijazah nilai bagus dari sekolah yg bagus! Apalagi sekolah makin larang ga karu²an, maka harus ada yg merintis jalan, ntah apa hasilnya biar Allah yg nanti tunjukan”
setelahnya barulah disangoni dua laku, maca yasin lan nariyah, kalau kehendak apapun biar Allah yg numindaki…
…
Aksa sekarang masih, belum genep 1,5 tahun, ada waktu sekitar 12 tahun kedepan sebelum dia beranjak remaja dan lalu dewasa dimana dia akan menentukan pilihan hidupnya,
Jadi kalau pun tujuan sederhana apa yang dijalani adalah mempersiapkan diri seandainya dia nanti bertanya, “Yah, aksa mau jadi CEO 500 global fortune company, apa yang harus aksa mulai?”
Nah itu saya tak sinau sek, aja teko saiki ya sa…
mbok main² dulu, nyobekin buku ayah ga papa dah, ikhlas urak² kembang mamah juga okey, lari²an sepedaan atau apadeh panjat mangga juga boleh,
tapi jangan tanya itu dulu beraat, wong ayah juga masih bakul kelas teriii, mau tak suruh tanya eyang bil gates ayah ga kenal, mau ta suruh tanya om elon ayah ga kenal, jeff bezos, jack ma, apalagi…
Beri waktu 12 tahun untuk ayah mu belajar dulu, ta persiapkan jawabannya dari sekarang, kalau maksa tanya sekarang paling mentok ta beliin buku😂
Seorang pengusaha senior mengundang saya ke kantornya. Beliau berkata: “Mas, saya menjadi CEO karena mengangkat diri sendiri di perusahaan yang saya dirikan. Kalau bekerja di perusahaan milik orang lain, belum tentu bisa menjabat CEO. Saya memimpin semampu yang dapat saya lakukan. Tolong review apakah bisnis yang saya kelola ini sudah benar”
Beliau begitu rendah hati, padahal bisnisnya sudah berskala besar.
Disisi lain, ada seorang yang baru mendirikan bisnis, perusahaannya berkategori perseorangan, karyawannya baru beberapa orang, tidak ada struktur organisasi, tapi sangat percaya diri melabeli dirinya sebagai CEO.
***
Cara tercepat menjadi CEO memang dengan mendirikan bisnis sendiri (founder), kemudian menjadi pimpinan puncaknya (CEO). Perhatikan perbedaan CEO dan FOUNDER !
Sebenarnya CEO tidak dikenal dalam Undang-Undang Perseroan di Indonesia. Nomenklatur yang diakui adalah Direktur Utama. Direktur Utama diangkat jika dalam sebuah perseroan terdiri lebih dari satu orang direktur. Sebagai penanggung jawab perseroan nama ybs harus tercatat dalam akta perusahaan yang disyahkan negara.
Kalau Perusahaan Perseorangan alias tidak berbadan hukum apakah pantas menyebut diri sebagai CEO? (silahkan jawab sendiri yaa… 😊)
CEO dan C-level lainnya (COO, CFO, CMO, dll) bukanlah sebuah titel untuk gagah-gagahan.
CEO adalah sebuah jabatan dalam posisi manajemen puncak suatu organisasi. Manajemen sendiri adalah sebuah profesi. Secara leksikal Profesi didefinisikan sebagai jenis pekerjaan khusus yang dipraktekan dengan menggunakan ilmu tertentu serta berdasarkan tolok ukur dan kode etik yang telah ditetapkan oleh suatu badan yang diakui.
Profesi adalah suatu keahlian. Karenanya seseorang yang kompeten dalam suatu profesi tertentu disebut profesional.
Seorang profesional bekerja dengan menerapkan prinsip2 yang diakui dalam melaksanakan tugasnya. Karena itu manajer profesional adalah seorang spesialis dalam tugas manajemen.
Jadi, bicara tentang CEO itu bukan sekedar level nya saja, namun juga tentang kemampuan menjalankan roles and responsibilities-nya.
Kalau sudah kadung mengaku CEO, yaa.. harus bertanggung jawab untuk meningkatkan profesionalisme nya 🤭 🙏🙏🙏
Oh ya, jangan lupa mencatatkan diri juga dalam akta perusahaan, agar CEO nya resmi terdaftar, bukan sekedar gagah-gagahan.
Simak tulisan menarik dari kontributor kami Ahimsa Wardah tentang sebuah tips bahagia dan produktif dan penjelasannnya secara sains. monggo disimak
Salam, warga net! Kamu pasti nggak asing lagi sama aplikasi instagram. Setiap orang pada umumnya bisa membuka aplikasi ini sampai lebih dari SERATUS LIMA PULUH KALI setiap hari. Hohoho, menariknya, mereka tanpa sadar melakukannya. Menariknya lagi, hal itu sebenarnya terjadi bukan tanpa sengaja.
Kenapa Bisa Seperti Itu? Apa yang terjadi pada otak kita?
Dopamine, sebuah hormon di otak kita yang dimanipulasi oleh industri teknologi, membuat kita jadi candu dengan aktivitas media sosial. Setiap pagi habis bangun tidur, apa yang kamu lakukan?
Tidak perlu pikir panjang, tanganmu pasti spontan meraih ponsel, mengecek respon di status WhatsApp, membaca notifikasi Facebook, atau menengok jumlah likes di Instagram. Whoa, kenapa ya kita bisa secara nggak sadar terbiasa untuk itu? Kok bisa ya sampai secandu itu?
Nah, akan seru banget kalau kita mulai bahasan ini dari ngobrolin mengenai diri kita sendiri, otak kita sendiri. Rupanya, otak menyimpan gelombang-gelombang yang bisa membantu kita membaca keadaan mental pada diri seseorang.
3 Macam Gelombang Otak – Berhubungan dengan Mood dan Produktifitas diri
Yang utama adalah gelombang beta dan delta. Yang pertama terjadi saat kita betul-betul dalam keadaan sadar dan bangun, sedangkan yang kedua saat kita berada dalam keadaan tertidur pulas.
Di antara keduanya, terdapat dua gelombang lain yakni alpha dan theta yang membawa kita pada alam bawah sadar. Inilah kondisi terbaik untuk kita dapat menyerap informasi dan belajar.
Alpha terjadi saat kita sedang santai-santainya, ini cocok banget untuk menyerap banyak informasi yang tanpa sadar kita dengarkan. Sedangkan theta, nggak beda jauh sebenarnya, mendorong kita untuk memunculkan ide-ide kreatif karena kita betul-betul sedang dalam kondisi yang santuy.
Nah, pada dua kondisi inilah kita sering dimanfaatkan melalui televisi, media sosial, dan sebagainya. Gaswat sekali kalau kita nggak sadar akan hal itu. Kita akan mudah dikacaukan dan dibuat “ambyar” oleh teknologi.
Apalagi pelajaran soal bagaimana cara berpikir kritis, cara menyelesaikan masalah, cara berkonsentrasi, dan sebagainya tidak diajarkan secara serius di bangku sekolah. Kondisi alpha yang sangat potensial bagi kita untuk menerima informasi menjadi sia-sia setelah kita terdistraksi dengan kebiasaan bermain ponsel.
Hal yang harus disadari adalah bahwa kebiasaan itu membuat otak kita menjadi lemah dan kesulitan untuk berkonsentrasi.
Geser Cara Berpikir Kamu agar Lebih Bahagia & Produktif
Untuk mengembalikan kerja otak supaya lebih lancar jaya, kita perlu sebuah latihan. Latihan yang serius dan butuh komitmen, tentu saja. Mulai dari menggeser orientasi dari “hasil” menjadi “proses”.
Seperti halnya ketika kamu mengatakan “Aku membutuhkan rasa cinta dan kasih sayang,” maka mulailah dengan belajar melakukan “proses mencintai”.
Ketika kamu mengatakan, “Aku ingin fokus dan berkonsentrasi,” maka mulai kerjakan berbagai usaha yang membuatmu fokus.
Ketika kamu mengatakan, “Aku membutuhkan cukup banyak energi,” cukup mulailah lakukan langkah-langkah yang akan meningkatkan energimu. Berproseslah! Berprogreslah! Mulailah!
Kita hanya perlu meyakini bahwa kita tetap bisa hidup meski tanpa ponsel dan media sosial. Kita hanya perlu menyadari bahwa kita mampu. Kita punya apapun tepat di kepala kita! Di otak kita! Otaklah yang mengerjakan semuanya.
Betapa banyak orang yang kelihatannya melakukan banyak hal di dalam hidupnya, membeli buku dan belajar dengan tekun. Tapi apakah itu betul-betul berguna untuknya?
Sebuah contoh, ada orang yang belajar dengan serius selama dua hari, namun setelah itu nyaris 80% materi yang ia pelajari lenyap begitu saja. Pengalaman seperti itu adalah tanda konsentrasi yang lemah.
Oleh karenanya, kita harus betul-betul melatih otak kita. Buat ia bekerja, buat ia berpikir. Jangan terlalu mengandalkan ponsel atau alat elektronik lain.
Kadang aktivitas yang sedang kita lakukan tiba-tiba terganggu karena ada kabar di ponsel atau televisi yang membuat mood kita memburuk. Kita jadi mudah teralihkan. Hari-hari kita menjadi terasa tidak menyenangkan. Padahal, semua kabar itu tidak ada artinya dan tidak ada efeknya kalau kita kembali fokus ke dunia nyata. Jadi, ayo. Berlatihlah.
Tips Bahagia dan Produktif : Latih Otak untuk Fokus dan Berprogress
Sebuah tips yang mungkin bisa dipertimbangkan ialah berhenti bermain ponsel sebelum tidur dan saat bangun tidur. Lebih baik pergunakan waktu sebelum tidur untuk merenungkan target esok hari yang ingin kamu lakukan dari pagi. Nantinya ketika bangun, kamu akan langsung ingat, oiya aku punya target hari ini! Bukan malah ribut mencari ponsel.
Bila apa-apa yang ingin kamu lakukan di hari itu satu persatu bisa terjalankan, maka berinteraksi dengan ponsel jadi tidak masalah. Ini tidak hanya latihan coba-coba, ini adalah sebuah progres. Lakukan perlahan-lahan. Targetkan, minimal untuk seminggu ke depan.
Terakhir, mantapkan hatimu untuk menjadi sebuah termostat, bukan termometer. Sebuah termometer akan selalu menyesuaikan keadaan lingkungan. Kita menjadi termometer berarti kita terus menyesuaikan apa-apa yang terjadi pada orang, tempat, dan suasana di sekeliling kita.
Benar bahwa itu sebuah keniscayaan untuk kita dipengaruhi lingkungan, tapi tetap saja, harus ada kontrol di dalam diri. Itulah mengapa, kita perlu menjadi sebuah termostat. Termostat selalu punya kontrol atas lingkungan, ia mengatur suhu dan keadaan sekelilingnya.
Ketika ada banyak hal terjadi di sekitar yang nampaknya mengecewakan, dia tetap bisa bahagia dengan caranya sendiri. Dengan menjadi sebuah termostat, kita tidak akan terjebak pada hal-hal remeh temeh. Pikiran kita akan semakin terbuka untuk percaya, “Hari ini semua akan berjalan baik dan lebih baik.” Kita akan semakin memiliki diri kita sendiri.
Rahasia untuk bahagia adalah ketika kita bersyukur atas progress yang kita capai selama ini. Kadang tidak menyadari itu karena kita sibuk berpikir bukan sibuk beraksi. Stop Overthinking and Start Doing.
Demikian tips bahagia dan produktif yang bisa kami bagikan. Semoga bermanfaat ya.