Dampak pandemi Covid-19 memang cukup banyak dirasakan oleh berbagai elemen masyarakat, pengusaha dan sektor penting bisnis dan pemerintahan. Dengan pandemi Covid-19 diharapkan tidak adanya gangguan yang cukup besar dan diharapkan masyarakat tatap melakukan kegiatan sehari-hari namun tatap memperhatikan protokol kesehatan. Adanya pandemi Covid-19 bukanya menghentikan semua kegiatan, namun hanya saja melakukan kegiatannya dengan beberapa perubahan metode dan cara yang baru.
Dengan adanya perubahan pola melakukan sebuah hajat seperti kegiatan yang mengundang kerumunan. Makan kami hadir memberi solusi mengenai aqiqah secara online. dengan adanya aqiqah secara online. diharapkan warga masyarakat mempunyai hajat aqiqah, tatap bisa melakukan sunnah aqiqah. melakukan sunnah aqiqah dengan sesuai syariat dan sesuai anjuran pemerintah.
Sekarang bagi masyarakat yang mau melakukan aqiqah tidak perlu kesulitan lagi. Seperti masa di awal pandemi. Mereka sekarang sudah bisa melakukan aqiqah dengan cara memesan aqiqah secara online. anda pasti bertanya bagaimana caranya aqiqah secara online?
Cara aqiqah secara online.
Ajat Sudrajat sebagai perwakilan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menuturkan bahwa dampak pandemi covid memang banyak dirasakan masyarakat. Terlebih peternak binaan mereka. Dan ia menemukan sebuah solusi, mengenai aqiqah online dengan menggandeng mumu apps.
Banyak dari para peternak kambing dan sapi dan para supplier hasil hewan ternak merasa agak berat. Karena apa, permintaan hewan ternak di pasaran sekarang sudah turun derastis. Nah dengan adanya program aqiqah secara online. maka mereka akan sedikit tertolong dan permintaan hewan ternak kembali naik.
Dalam penjelasannya. Menurunya permintaan kambing dan hewan ternak lainya disebabkan karena adanya efek pandemi. Yang akhirnya merubah pola dan cara mengkonsumsi suatu barang oleh masyarakat. Sebelum pandemi para usahawan kuliner yang berkaitan dengan daging, mereka stabil dan meningkat. Karena permintaan daging banyak, restoran dan kiliner2 pada jalan semua. Namun sekarang masyarakat lebih memilih makan dan memasak makanan dirumah dan mereka cenderung sedikit melibatkan diri dengan resto, warung makan catering dll. Masyarakat juga cenderung takut untuk keluar. Karena banyak himbauan untuk tetap dirumah.
Halo, Sobat Bisnis. Pernah mendengar finance dan accounting? Mungkin dua istilah ini masih dikira sama oleh kebanyakan orang di Indonesia. Lantaran biasanya seseorang yang mengisi divisi finance atau consulting berasal dari jurusan akuntansi. Namun, sebetulnya kedua bidang itu secara spesifik adalah pekerjaan yang berbeda. Lantas, apa saja sih perbedaan finance dan accounting? Simak ulasan sinaubisnis.com berikut ini ya!
Definisi Accounting dan Finance
Mula-mula sebelum lebih jauh membahas soal tugas accounting dan finance, baiknya kita memahami lebih dulu pengertian masing-masing kedua hal itu. Dimuat dalam investopedia, accounting atau akuntansi diartikan sebagai sebuah proses pencatatan transaksi keuangan bisnis yang disusun secara sistematis dan komprehensif.
Untuk itu, akuntansi berkaitan dengan proses meringkas, menganalisa, serta menginterpretasi laporan transaksi-transaksi keuangan kepada badan pengawas, regulator, dan pihak penagih pajak.
Sedangkan, finance atau keuangan merupakan ilmu yang mempelajari pengelolaan uang serta proses aktual untuk mendapatkan dana yang berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan. Itulah sebabnya, finance erat kaitannya dengan pengawasan, penciptaan, serta studi keuangan, seperti perbankan, kredit, investasi, aset, dan liabilitas yang menjadi komponen sistem keuangan.
Perbedaan Accounting dan Finance
Setelah memahami pengertian accounting dan finance maka akan memudahkan mendasar keduanya, photo by Scott Graham on Unsplash
Jadi, sekarang pengertian accounting dan finance sudah tahu ya? Selanjutnya, akan lebih memudahkan kita untuk mengetahui hal-hal yang membedakan antara accounting dan finance. Maka dari itu, berikut ini tugas dan tanggung jawab dari accounting dan finance secara mendasar:
#1 Tugas Accounting
Secara sederhana, banyak yang mengira lantaran accounting mengatur keuangan maka bersinggungan langsung dengan uang. Padahal tidaklah demikian, karena accounting hanya bertugas memproses dan mengelola laporan keuangan serta mencatat transaksi dari bisnis untuk menyajikan informasi keuangan. Setelah pencatatan, akuntan juga harus melakukan otorisasi di setiap divisi terkait.
Contoh kasus, transaksi di bagian gudang. Akuntan harus melakukan otorisasi ke bagian marketing. Kemudian, akuntan harus memeriksa dan memastikan semua transaksi telah tercatat dalam pembuatan laporan keuangan.
Di samping itu juga bagian accounting mempunyai tanggung jawab soal urusan pajak. Karenanya, akuntan bertanggung jawab dalam mengelola data keuangan perusahaan guna memenuhi tujuan kualitatif perhitungan perpajakan. Bahkan, akuntan juga harus bisa memberikan saran soal perencanaan finansial di masa depan yang mempengaruhi pajak.
Sementara untuk lebih detilnya, seorang akuntan dalam perusahaan mempunyai beberapa tugas, diantaranya:
Mengukur Kontribusi Sumber Dana
Apabila finance adalah sumber ide dari mana dana bisa diperoleh, maka tugas accounting adalah mengukur seberapa besar kontribusi setiap sumber terhadap keuntungan perusahaan. Karena itu, perusahaan akan memperoleh kejelasan untuk bisa memutuskan apakah akan mengubah atau mengganti alokasi dana atau malah membuat kesepakatan baru.
Mengatur Liabilitas Perusahaan
Liabilitas erat hubungannya dengan operasional perusahaan, baik itu berupa hutang, tagihan pajak, dan yang lainnya. Itulah sebabnya, staf accounting dalam perusahaan peranannya penting untuk menjamin bahwa seluruh tagihan dibayar tepat waktu, sekaligus memastikan juga bahwa tenggat waktu yang diberikan tidak merugikan perusahaan.
Memastikan Pemenuhan Kontrak
Soal kontrak, erat hubungannya dengan tugas dan fungsi accounting. Terlbih, setiap perusahaan tentu mempunyai banyak kontrak yang harus dipenuhi, baik kontrak itu berhubungan dengan klien, pelanggan, atau bahkan kreditur. Maka itu, accounting penting perannya untuk memastikan apakah kontrak-kontrak tersebut sudah terpenuhi atau belum.
Bertanggung jawab atas Transparansi Perusahaan
Menginformasikan kepada publik dan pemerintah perihal laporan keuangan perusahaan secara transparan adalah salah satu tugas accounting. Sebab, transparansi merupakan aspek penting dalam dunia bisnis. Karenanya, accounting harus bisa memberikan gambaran yang akurat tentang posisi finansial perusahaan.
#2 Tugas Finance
Baik accounting dan finance mempunyai peran yang penting di dalam perusahaan, image by Steve Buissinne from Pixabay
Lain halnya dengan accounting yang tidak bersentuhan langsung dengan uang, maka kalau finance bersentuhan langsung dengan uang perusahaan. Itulah karenanya, secara sederhana, finance lebih fokus meramalkan kinerja masa depan bisnis, sehingga tugas dan tanggung jawabnya adalah pencarian, pengelolaan, pengalokasian dana, dan melakukan pembayaran di perusahaan.
Di samping itu juga bagian finance bertanggung jawab untuk mengurus kebutuhan uang kas perusahaan, juga harus memastikannya sesuai dengan pencatatan yang telah dilakukan oleh bagian accounting.
Maka itu, seorang finance diizinkan untuk memegang uang perusahaan untuk menerima dan mengeluarkan uang tersebut, baik yang ada di kas, deposit, bank, atau investasi.
Sementara untuk lebih detilnya, seorang bagian finance dalam perusahaan mempunyai beberapa tugas, diantaranya:
Pengumpulan Dana
Di setiap lembaga atau perusahaan, bagian finance memiliki tugas yang sangat penting, yakni mengumpulkan dana untuk keperluan operasional. Baik itu untuk pengeluaran sehari-hari, pembelian bahan baku, biaya produksi, gaji karyawan, dan lain sebagainya.
Untuk itu, perusahaan memerlukan dana yang besar dari banyak sumber, dan seorang pekerja finance harus menemukan sumber-sumber tersebut. Bagamainapun caranya, baik dengan berhutang ke lembaga keuangan atau menghimpun dana dari masyarakat.
Pendistribusian Dana
Tidak hanya harus mampu mengumpulkan dan, seorang pekerja finance juga harus mampu mendistribusikannya dengan benar. Karenanya, seorang ahli finance harus bisa mengelola uang dengan benar, sehingga perusahaan atau individu dapat memperoleh hasil investasi yang maksimal dalam beberapa tahun ke depan. Juga, mereka harus tahu bagaimana langkah investasi yang paling tepat serta menguntungkan.
Pengelolaan Keuntungan
Selanjutnya, setelah perusahaan berhasil menemukan cara investasi yang tepat serta memperoleh keuntungan yang banyak. Lantas, bagaimana perusahaan mengelola keuntungan yang sudah didapat?
Di sinilah pentingnya peran pekerja finance, lantaran mereka harus bisa mengelola keuntungan dengan benar supaya perusahaan semakin maju, seperti menentukan apakah keuntungan tersebut akan dibagikan kepada para pemegang saham atau malah diinvestasikan kembali ke bisnis guna meningkatkan kinerja perusahaan.
Mengusulkan Kebijakan kepada Petinggi Perusahaan
Salah satu fungsi finance adalah bagaimana mengkomunikasikan kebijakan yang akan diambil kepada pimpinan perusahaan agar disetujui. Selain itu, pekerja finance juga harus menguasai banyak soft skill untuk menunjang karir. Semisal, kemampuan untuk meyakinkan orang lain dikarenakan mereka harus mampu menjalin komunikasi dengan para pimpinan perusahaan.
Apakah Tugas Accounting dan Finance Bisa Digabungkan?
Accounting dan finance di bisnis yang skalanya kecil biasanya digabungkan walaupun di perusahaan kelas menengah dan besar riskan resikonya, image by Shutterbug75 from Pixabay
Seperti yang sudah dipaparkan pada penjelasan sebelumnya bahwa accounting dan finance mempunyai tugas yang berbeda. Namun, pada kenyataannya ternyata ada saja perusahaan yang menggabungkan tugas keduanya ke dalam satu bagian atau staf yang sama. Terutama untuk bisnis kecil biasanya melakukan hal itu karena jumlah transaksi yang dikelola masih terbatas.
Lantas, bagaimana dengan perusahaan kelas menengah dan besar? Tentu, hal tersebut akan sangat berisiko. Sebab, menggabungkan tugas finance dan accounting berpotensi besar membuat pengawasan menjadi tidak maksimal. Oleh karenannya, rentan akan resiko kecurangan dan kekeliruan dalam pengeluaran kas menjadi lebih besar (fraud).
Terlebih lagi, kembali ke penjelasan sebelumnya maka bisa dilihat bahwa keduanya bisa berfungsi sebagai kontrol lantaran antara laporan dan kenyataan harus sesuai satu sama lain. Karena itu, jika seluruh dokumen dipegang oleh bagian atau staf yang sama, maka dapat membuka peluang dokumen yang dibikin adalah dokumen fiktif.
Itulah sebabnya, accounting dan finance masing-masing memegang peranan penting dalam sebuah perusahaan. Dimana seorang finance mempunyai otoritas untuk mengatur dan mengeluarkan serta menerima uang. Sedangkan, seorang akuntan bertugas dalam hal pencatatan dan pemeriksaan serta pelaporan uang perusahaan tersebut.
Penutup
Pada akhirnya, disadari atau tidak bahwa membedakan tugas antara accounting dan finance adalah hal yang penting. Pasalnya, dengan mengklasifikasikan setiap tugas dari accounting maupun finance dalam perusahaan akan membuat kerja dari divisi terkait menjadi lebih terukur serta administrasi juga menjadi lebih baik.
Halo, Sobat Bisnis. Pernah mendengar istilah Job Description dan Job Specification? Dalam perusahaan, kedua istilah itu sering disebut-sebut, utamanya dalam hal pembagian tugas. Sayangnya, seringkali masih saja ada yang keliru alias tertukar memahami pengertian keduanya. Untuk itu, pada ulasan ini, sinaubisnis.com akan mengulik perbedaan kedua istilah itu. Mari, simak penjelasannya berikut ini!
Pengertian
Selanjutnya, mula-mula kita akan memahami pengertian job description dan job specification terlebih dahulu agar mempunyai gambaran akan dua hal tersebut. Langsung saja, inilah pengertian dari job description dan job specification.
Job description
Istilah ini disebut juga gambaran jabatan atau uraian tugas. Yakni, suatu uraian yang menggambarkan tujuan dari dibentuknya suatu jabatan/tugas beserta langkah-langkah teknisnya. Karenanya, uraian tersebut setidaknya memuat hal-hal sebagai berikut:
Job identification: bagian yang menjelaskan nama pekerjaan, nama jabatan yang akan diisi, nama departemen atau bagian tempat bekerja, dan dimana lokasi tempat pekerjaannya.
Job summary: bagian yang menggambarkan tugas dari pekerjaan, seperti kegiatan atau tugas yang harus dikerjakan, lalu pembagian tugas dari tugas utama, tugas sekunder dan tugas lainnya yang dijelaskan secara detil.
Duties and responsibility: bagian yang menjelaskan tugas dan beban tanggung jawab dari pekerjaan.
Supervision: bagian yang menjelaskan hal-hal apa saja yang harus diawasi dalam menjalankan pekerjaan. Termasuk didalamnya juga menerangkan berapa jumlah orang yang harus diawasi.
Relation to other jobs: bagian ini sangat penting dalam menjaga kontinuitas pekerjaan. Karenanya, pada bagian ini harus dijelaskan dengan detil bagaimana hubungan vertikal maupun horizontal posisi yang akan ditempati dengan posisi lainnya. Termasuk di dalamnya menerangkan kepada siapa pelaporan ditujukan dan laporan siapa yang harus diterima.
Working conditions: bagian ini menjelasakan syarat-syarat kondisi ketika melakukan pekerjaan, baik itu berkenaan kondisi fisik seperti kebisingan, debu, asap, panas, dan cahaya, maupun kondisi psikis seperti stres, dan yang lainnya.
Social environment: bagian ini menjelaskan kondisi sosial tempat bekerja. Semisal, bagaimana interaksi antar pekerja, proses manajemen, hingga kondisi fasilitas-fasilitas terkait ruang kerja.
Job description disebut juga gambaran jabatan atau uraian tugas, gambar oleh athree23 dari Pixabay
Tentunya, job description ini harus disusun dengan baik karena akan berdampak pada pengembangan job specification atau spesifikasi jabatan. Nah, supaya lebih memahami job description berikut ini penjelasannya dengan contoh: marketing.
#1 Alasan dibentuk Jabatan
Penjualan yang terus meningkat atau minimal bertahan adalah goals setiap perusahaan. Sebab itu, perlu upaya yang kontinu untuk membina hubungan baik dengan pelanggan agar mampu memaksimalkan penjualan produk, baik barang maupun jasa.
#2 Identitas Jabatan
Nama jabatan : Sales Barang
Atasan langsung : Supervisor Barang
Atasan tidak langsung : Kepala Marketing Jasa & Barang
Departemen / bidang : Marketing
#3 Tugas dan Tanggung Jawab Utama
Merawat dan mempertahankan pelanggan/customer yang sudah ada.
Memperluas pencarian pelanggan/customer baru.
Bertanggungjawab atas nilai penjualan di lingkup area penjualannya yang menjadi bagiannya.
Memastikan pendistribusian produk sampai ke pelanggan/customer tepat waktu.
#4 Kewenangan
Mengelola biaya promosi dan iklan sesuai dengan batas anggaran yang diberikan.
#5 Hubungan kerja
Alokasi kerja: di dalam kantor 20% dan di luar kantor 80%.
Banyak berinteraksi dengan banyak orang yang baru dikenal dengan latar belakang asal yang beragam.
Job Specification
Istilah ini disebut juga spesifikasi jabatan, yakni suatu uraian yang memuat latar belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan dan kompetensi serta hal-hal lainnya. Sebab, job specification ini akan dijadikan acuan untuk melihat hubungan antara seseorang dengan jabatan yang akan diisi.
Karena itulah, job specification juga sering disebut hiring specification lantaran biasanya dijadikan informasi dasar dalam proses rekrutmen, mulai dari awal, seleksi, sampai penempatan karyawan. Untuk itu, job specification setidaknya memuat hal-hal berikut:
Physical characteristics: bagian ini menyangkut seputar kesehatan, seperti: kekuatan, daya tahan, usia, tinggi, berat badan, koordinasi tangan dan kaki, koordinasi motorik, penglihatan, suara, mata, dan diskriminasi warna.
Psychological and social characteristics: bagian ini memuat mengenai hal-hal seperti kemampuan percakapan, stabilitas emosional, inisiatif, sopan santun, dan lain-lain.
Mental Characteristics: bagian ini memuat tentang kecerdasan umum, memori, kemampuan berkonsentrasi, tinjauan ke masa depan, penilaian, dan lain-lain.
Personal Characteristics: bagian ini mencakup pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan pengalaman, hobi, latar belakang keluarga, dan lain-lain.
Dengan demikian, maka job specification sejatinya sangat dibutuhkan untuk mencocokkan seseorang dengan posisi atau jabatan tertentu serta mengidentifikasi pelatihan dan pengembangan yang dibutuhkannya.
Nah, supaya lebih memahami job specification, berikut inilah contohnya: marketing.
#1 Identitas Jabatan
Nama jabatan : Sales Barang
Atasan langsung : Supervisor Barang
Atasan tidak langsung : Kepala Marketing Jasa & Barang
Departemen / bidang : Marketing
#2 Pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang dibutuhkan
Pendidikan minimal D3, diutamakan yang berpendidikan S1.
Diutamakan mempunyai pengalaman kerja sebagai sales minimal 1 tahun.
Diutamakan pernah mengikuti pelatihan selling skills atau teknik menjual.
#3 Ketrampilan dan aspek pribadi yang diperlukan (kompetensi)
Inisiatif
Percaya diri
Kemampuan komunikasi
Pengambilan keputusan
Perbedaan Job Description dan Job Specification
Dengan mengetahui pengertian job description dan job specification, maka akan bisa membedakan keduanya, gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay
Setelah mengetahui pengertian job description dan job specification maka setidaknya kita mempunyai gambaran akan kedua istilah ini. Sehingga, menjadi lebih mudah untuk kita memahami perbedaan diantara keduanya. Maka, berdasarkan penjelasan diatas, ada tiga hal mencolok yang membedakan kedua istilah itu, diantaranya:
Job Description
Menerangkan tentang bagaimana pekerjaan dan tugas dilakukan.
Memberikan informasi tentang tempat dan waktu kerja serta gaji maupun tanggung jawab.
Menerangkan apa yang harus dikerjakan dalam menjalankan pekerjaan tersebut.
Job Specification
Memberikan informasi tentang persyaratan dan kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut.
Memberikan informasi mengenai persyaratan umur dan kualifikasi serta pengalaman kerja.
Menerangkan kriteria dan syarat untuk pekerjaan tersebut.
Nah, dari mengetahui perbedaan antara job description dengan job specification nantinya akan membantu perusahaan untuk mengarahkan pengembangan karyawan yang diterima menjadi lebih terstruktur, dari step awal sampai akhir.
Manfaat MenyusunJob Description dan Job Specification
Tersusunnya job description dan jos specification maka terbentuk juga job profiling, gambar oleh Free-Photos dari Pixabay
Akhirnya, sesudah job description dan job specification tersusun dengan jelas, maka dengan sendirinya telah terbentuk sistem job profiling atau yang disebut juga analisa jabatan. Dimana dengan sistem tersebut perusahaan sejatinya telah memiliki dasar yang kuat untuk proses perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia karyawannya.
Oleh karenanya, arah perencanaan dan pengembangan pegawai menjadi lebih terstruktur, mulai dari rekrutmen, seleksi, penempatan, pelatihan, pengembangan, penilaian kinerja/performance management sampai suksesi pegawai.
Kesimpulan
Itu tadi ulasan mengenai perbedaan antara job description dan job specification yang disertai dengan contoh supaya memudahkan kita untuk memahaminya. Sehingga, dengan memahami perbedaan antara keduanya harapanya akan membuat kita dapat dengan mudah memahami informasi dalam lowongan kerja, atau juga bagi perusahaan membantunya dalam mengarahkan pengembangan karyawan-karyawannya.
Dalam menjalani semua bisnis pasti ada lika-likunya, artinya perjalanan dari memulai bisnis, menjalankannya sampai, mengelolanya, semua ada tahapannya. Termasuk tentang bisnis Aqiqah ini.
Tahapan yang pertama dalam memulai bisnis tentu ada istilah babat alas, nah istilah ini biasa dalam sekali bisnis kecil menengah atau UMKM. Perjalanan dalam memulai awal bisnis tentu kan mendapatkan suatu hal yang bahkan belum ada sebelumnya. Berbagai tantangan akan langsung di dapatkan oleh seseorang yang akan memulai bisnis. Terutama bagi mereka yang baru pertama kali. Mereka akan di uji dengan berbagai hal. Biasanya apa yang mereka tahu sebelumnya, dengan sebuah pengalaman orang lain yang ia tau.
Tahapan ke dua yaitu menjalankan bisnis, menjalankan bisnis aqiqah, memang memerlukan suatu keterampilan khusus, memang dalam bisnis aqiqah itu termasuk bisnis catering atau kuliner. Nah bedanya dengan bisnis kuliner yang lain adalah. Jika aqiqah mereka akan dituntuk memahami arti dan makna aqiqah. mereka juga di tuntut mengerti tentang syariat aqiqah, tuntunan menyembelih kambing aqiqah yang benar, serta detail dan syarat sahnya melaksanakan aqiqah itu seperti apa.
Tahapan ketiga. Mengembangkan bisnis aqiqah.
Dalam mengembangkan bisnis aqiqah ada berbagai hal yang memungkinkan kita selalu optimis untukk berkembang, diantaranya, adalah anda sebagai pelaku bisnis merasa sudah mengenal seluk beluk bisnis aqiqah. itu yang pertama, selanjutnya yang kedua anda sebagai pelaku bisnis tentunya akan lebih tertantang dengan pasar yang ada, artinya anda ingin semakin menambah jumlah pasar yang ada, dengan dasar peluang yang ia analisa. Anda akan yakin dengan keberhasilannya anda menjual berbagai paket aqiqah yang anda tawarkan.
Dalam menjalankan usaha apapun, terutama anda yang mempunyai bisnis aqiqah, tentunya seiring perjalanan aqiqah anda. Anda akan menemukan lika-liku yang akan anda temukan, berbagai halang rintang dan peluang tentu anda sudah hafal. Neh dari berbagai hal yang anda temui. Anda akan mengevaluasi perjalanan dan peluang yang anda dapatkan sehingga dari hal hal itu anda akan. Bisa mengetahui apa yang baik dan apa yang seharusnya anda lakukan untuk mengembangkan bisnis aqiqah anda. Dengan adanya evaluasi anda akan selalu waspada dengan berbagai tantangan, halang rintang dan lainya. Sehingga halang rintang dan tantangan,itu. Akan akan bisa menemukan sebuah peluang dengan cermat. Maka dari itu kami ridho aqiqah jogja berpesan kepada seluruh pengusaha aqiqah, agar selalu waspada dengan tantangan. Tantangan itu bisa dilihat peluang.
Halo, Sobat Bisnis. Mestinya tidak asing lagi ya, mendengar istilah “biaya”. Pasalnya, biaya ini merupakan hal yang penting dalam bisnis, terutama dalam akuntansi biaya maupun akuntansi manajemen. Sebab, dengan informasi biaya itu akan dijadikan acuan untuk proses perencanaan dan pengendalian serta pembuatan keputusan. Lantas, tahukah Sobat kalau biaya kemudian digolongkan menjadi dua, biaya tetap dan biaya variabel? Nah, biar makin tahu, yuk simak ulasan sinaubisnis.com berikut ini!
Mengenal Biaya
Dalam konsep, biaya didefinisikan sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau jasa, yang diharapkan mampu memberi manfaat bagi organisasi atau perusahaan, baik saat ini atau di masa yang akan datang.
Sementara itu, berdasarkan variabilitas, biaya kemudian diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, diantaranya biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel. Memang, apa sih ketiga biaya ini?
Nah, secara sederhana, ketiga biaya itu dapat diartikan sebagai berikut: biaya tetap, sebagaimana namanya, merupakan biaya total yang tidak terpengaruh dengan jumlah output yang dihasilkan dalam jangka pendek.
Lain halnya dengan itu, biaya variabel, justru bergantung pada jumlah output yang dihasilkan. Sedangkan, biaya semi-variabel merupakan jenis biaya yang mempunyai karakteristik dari penggabungan kedua biaya tersebut.
Memahami ketiga biaya tersebut adalah hal wajib bagi perusahaan dan pelaku bisnis. Terlebih, paham dua dari ketiga biaya itu, yaitu biaya tetap dan biaya variabel, menjadi syarat wajib untuk menghitung break even point (BEP).
Selain itu, khusus kedua biaya tersebut juga menentukan penghitungan dan cara perusahaan dalam mengambil keputusan. Sebab, biaya-biaya itu akan dikeluarkan saat tahapan proses produksi.
Sebagaimana mafhum bahwa biaya tetap dan biaya variabel berperan sangat besar untuk mencapai target, seperti berapa kuantitas produk yang dibuat, peralatan apa saja yang digunakan dalam proses produksi, atau yang lain.
Itulah sebabnya, sebelum mengeluarkan pembiayaan tertentu, perusahaan harus mengestimasi berapa biaya yang dibutuhkan, yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan produksi.
Dan, berikut ini adalah pendalaman pemahaman untuk kedua biaya itu, biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya berdasarkan variabilitasnya digolongkan menjadi dua, biaya tetap dan biaya variabel, photo by Marek Studzinski on Unsplash
A. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap (fixed cost) diartikan sebagai suatu biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dalam keadaan konstan. Maksudnya ialah biaya itu umumnya tidak berubah meskipun terjadi peningkatan maupun penurunan (fluktuasi) jumlah produksi barang atau jasa dalam jangka pendek. Itulah karenanya, perubahan aktivitas bisnis perusahaan cenderung tidak mempengaruhi sama sekali biaya tetap dalam jangka pendek.
Di sisi lain, dalam biaya tetap, akan diurai lagi 2 macam biaya, diantaranya committed fixed cost dan discretionary fixed cost.
Commited fixed cost atau disebut juga biaya komitmen merupakan biaya yang wajib dan harus dikeluarkan. Biasanya biaya ini semisal atau peralatan yang penting perannya dalam menyediakan fasilitas produksi, biaya sewa bangunan, atau biaya pabrik.
Selain itu, penyusutan, pajak, sewa, asuransi, dan properti, juga termasuk dari contoh committed fixed cost. Pasalnya, setelah melakukan pembelian, pabrik atau peralatan produksi dengan sendirinya biasanya akan terdepresiasi.
Discretionary fixed cost atau disebut juga biaya tetap diskresioner merupakan pengeluaran untuk biaya pada periode tertentu atau bisa disebut aset tetap, yang dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan tanpa berimbas langsung pada laba yang diperoleh perusahaan dari suatu bisnis.
Terkadang, perusahaan tidak perlu banyak mengeluarkan biaya untuk discretionary fixed cost. Sayangnya, seringkali nilai dari biaya ini malah nilainya bisa sangat besar, karenanya dalam proses perencanaan perlu jeli untuk menghitungnya, dan apabila dalam kondisi demikian maka patut ditinjau ulang oleh manajemen.
Walhasil, demikian dua macam biaya tetap yang perlu juga untuk diketahui. Dan, untuk memberi gambaran tentang biaya tetap, ada beberapa contoh dalam biaya tetap, seperti biaya sewa gedung, pajak, biaya cukai (jika pengiriman produk dilakukan hingga ke luar negeri), gaji karyawan, pembayaran pinjaman, biaya asuransi, dan sebagainya.
Namun demikian, meski biaya tetap senantiasa konstan, akan tetapi bukan berarti biaya tetap ini selalu konstan. Melainkan, biaya tetap juga dapat berubah sewaktu-waktu pada masa yang akan datang. Dan, inilah beberapa contoh dalam biaya tetap:
#1 Asuransi (Insurance)
Adalah biaya berkala yang mengacu pada kontrak asuransi.
#2 Biaya Sewa (Rent)
Dalam hal ini adalah biaya berkala atas pemanfaatan real estate, seperti kantor, gudang, dan pabrik, yang dimiliki orang lain yang disewa oleh perusahaan untuk menjalankan operasional bisnisnya.
#3 Penyusutan (Depreciation)
Dalam hal ini adalah biaya beban bertahap dan sistematis terhadap biaya aset berwujud, seperti peralatan produksi, selama aset tersebut bermanfaat.
#4 Beban bunga (Interest Expenses)
Adalah biaya atau dana yang dipinjamkan dari pemberi pinjaman ke perusahaan. Semetara itu, beban bunga ini dalam perjanjian pinjaman digolongkan sebagai biaya tetap, jika suku bunga tetap dimasukkan ke dalam perjanjian tersebut.
#5 Pajak Properti (Property Tax)
Adalah pajak yang dibebankan oleh pemerintah setempat kepada perusahaan, yang nilainya berdasarkan biaya asetnya.
#6 Gaji (Salary)
Adalah jumlah kompensasi tetap dari perusahaan yang dibayarkan kepada karyawan.
#7 Utilitas (Utility)
Dalam hal ini adalah biaya utilitas, seperti biaya listrik, telepon, gas, dan sebagainya. Dimana dalam biaya ini mempunyai sebagian kecil elemen variabel dan sebagian besar elemen tetap.
Maka dari itu, biaya tetap pada dasarnya akan akan selalu konstan sampai periode tertentu, periode dimana biaya dapat dinaikkan atau malah diturunkan oleh pihak yang bersangkutan, tetapi perubahan biaya tersebut terjadi dalam rentang waktu yang cukup panjang.
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan secara konstan, photo oleh Karolina Grabowska dari Pexels
B. Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel atau disebut variable cost adalah suatu biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam nilai yang fluktuatif menyesuaikan perubahan jumlah produk yang diproduksi.
Karenanya, semakin meningkat jumlah volume produk yang dihasilkan oleh perusahaan, maka semakin meningkat pula biaya yang harus dibutuhkan untuk menghasilkan produk tersebut. Begitu pula sebaliknya, jumlah volume produk yang dihasilkan kecil maka biaya yang dibutuhkan juga kecil.
Itulah sebabnya, biaya variabel terpengaruh dengan fluktuasi aktivitas usaha perusahaan dalam memproduksi barang. Sementara untuk Biaya Variabel adalah sebagai berikut :
#1 Bahan Langsung
Adalah bahan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, atau yang biasa disebut sebagai bahan baku. Dan, bahan langsung ini bisa berubah menyesuaikan jumlah produk yang telah dihasilkan.
#2 Tenaga Kerja Langsung
Adalah tenaga kerja yang berperan langsung dalam memproduksi sebuah barang. Karena itu, tenaga kerja tersebut akan dibayar setelah menghasilkan suatu produk. Akan tetapi, yang masuk ke dalam biaya variabel hanya tenaga kerja sementara saja.
#3Pemenuhan Kebutuhan Alat Produksi
Adalah bahan-bahan yang diperlukan untuk menjalankan alat proses produksi, seperti listrik untuk mesin, atau oli untuk mesin produksi.
#4 Upah Lembur Tenaga Kerja
Adalah upah lembur tenaga kerja yang dihitung berdasarkan jumlah jam lembur yang dihabiskan oleh tenaga kerja. Upah ini akan dihitung sebagai biaya variabel.
#5 Komisi
Adalah komisi yang dihitung berdasarkan pada setiap keberhasilan penjualan produk dengan jumlah tertentu, yang berubah menyesuaikan jumlah produksi serta penjualan.
Biaya variabel adalah biaya yang harus dikeluarkan dalam kondisi fluktuatif menyesuaikan perubahan jumlah produk yang diproduksi, photo by loufre from Pixabay
Perbedaan Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Setelah memahami pengertian biaya tetap dan biaya variabel, maka akan didapatkan ada beberapa hal yang membedakan kedua biaya itu. Yang mana, apabila dikerucutkan setidaknya ada enam poin substansial yang membedakan dua biaya ini dalam ilmu akuntansi. Apa saja?
Berdasarkan pengertian, biaya tetap didasarkan pada waktu terkait. Maksudnya, biaya tetap akan tetap konstan selama suatu periode. Berlainan dengan biaya variabel yang berdasarkan volume, yakni nilainya berubah mengikuti perubahan volume.
Berdasarkan biaya satuab, biaya tetap sejatinya tidak berfluktuatif menyesuaikan perubahan kuantitas unit produksi. Sebaliknya, biaya variabel berfluktuasi nilainya menyesuaikan perubahan jumlah unit produksi.
Berdasarkan waktu terjadi, biaya tetap bisa juga dibilang biaya pasti, lantaran biaya itu akan tetap ada bahkan ketika tidak ada unit yang diproduksi. Sedangkan, biaya variabel adalah biaya tidak pasti karena biaya itu ada hanya ketika perusahaan melakukan produksi.
Biaya variabel tetap konstan dalam per-unitnya, namun juga dapat berubah per unitnya.
Sementara biaya variabel disertakan pada saat penilaian persediaan, sedangkan biaya tetap tidak termasuk di dalamnya.
Berdasarkan contohnya, biaya tetap diantaranya ialah sewa, depresiasi, biaya, asuransi, pajak, gaji, bea, dan lain-lain. Sedangkan, contoh biaya variabel diantaranya ialah biaya pengepakan, pengiriman, upah, material yang dikonsumsi, dan lain-lain.
Penutup
Sebagai pelaku bisnis, sangatlah penting untuk memahami secara mendalam bagaimana berbagai biaya berubah berdasarkan perubahan volume dan tingkat output. Sebab, rincian biaya-biaya itu menentukan tingkat harga layanan serta membantu dalam banyak aspek lain, salah satunya membantu menyusun strategi bisnis secara keseluruhan.
Oleh karenanya, baik fix cost maupun variable cost menjadi bahan utama untuk berbagai metode penetapan biaya dalam bisnis, seperti penetapan biaya proses, penetapan biaya berdasarkan aktivitas, dan penetapan biaya pesanan. Maka dari itu, penting bagi Sobat Bisnis untuk mengetahui perbedaan antara kedua biaya tersebut untuk mengembangkan bisnis. Semoga ulasan ini bermanfaat ya!
The Paradox of Choice – Why More Is Lessadalah sebuah buku yang diterbitkan pada tahun 2004 oleh psikolog Barry Schwartz. Di dalam bukunya, Schwartz memperlihatkan bahwa menghilangkan pilihan konsumer dapat mengurangi kegelisahan sewaktu berbelanja.
Kemandirian dan Kebebasan dalam memilih adalah faktor yang penting dalam kesejahteraan masyarakat, dan sebaliknya memilih adalah faktor penting untuk kebebasan dan kemandirian. Meskipun demikian, walaupun masyarakat Amerika mempunyai lebih banyak pilihan daripada perkumpulan masyarakat lain sebelumnya, meskipun mereka mempunyai kebebasan dan kemandirian lebih, kita tidak melihat keuntungannya secara psikologis..
Kalau ditanya, apakah kamu mau diberi sepasang sepatu secara gratis? Pasti semua orang menjawab mau. Tapi, kamu harus memilih salah satu dari pilihan yang ada. Apakah kamu mau sepatu yang bertali atau yang tidak bertali? Sebagian memilih yang bertali, sebagian tidak. Mau yang ujungnya bulat atau ujungnya menyempit? Sebagian bulat, sebagian menyempit, sebagian bingung.
Ditanya lagi, kamu mau yang bahan canvas atau bahan denim? Semuanya bingung! Lagi-lagi ditanya, warnanya mau yang biru, abu-abu, item, atau apa? Tambah bingung!!!
Itulah faktanya, seperti yang disampaikan Barry Schwartz dalam buku Paradox of Choice, makin banyak pilihan malah makin bikin kita suntuk, bingung, dan cenderung nggak bisa bahagia. Ada beberapa hal yang perlu kita tahu mengenai choice ini.
PARADOX OF CHOICE : MAKIN BANYAK PILIHAN, MAKIN TIDAK BAHAGIA
Kenyataannya, semakin banyak pilihan kita akan semakin bingung dan sulit mengambil keputusan. Di awal tadi kita sudah nemu contohnya. Kita jadi terlalu lama berpikir dan menimbang-nimbang, hingga was-was bagaimana kalau nantinya apa yang kita pilih bukanlah yang terbaik. Parahnya apabila setelah lama berpikir dan akhirnya menjatuhkan pilihan, kita malah menjadi menyesal dengan pilihan tersebut.
Padahal sebenarnya tidak ada yang perlu disesali. Kita terlalu berpikir kalau beli tas… bagusnya yang warna merah, kuning, atau hijau. Atau kita bingung kalau beli baju yang model kancing atau langsung pakai. Kita menjadi menyesal pada pilihan kita karena terlalu lama menimbang-nimbang kekurangan dan kelebihannya. Itulah mengapa kita harus sadar bahwa sebenarnya pilihan apapun itu baik. Berani mengeliminasi beberapa pilihan dan segera membuat keputusan adalah solusi untuk kita.
Barry Schwartz. sumber : ted.com
ADA YANG NAMANYA MAXIMIZERS DAN SATISFICERS
Apakah itu? Maximizers, menurut Macmillan Dictionary, berarti orang yang membuat pilihan berdasarkan ukuran manfaat yang akan dia dapatkan. Sekilas menarik dan perlu memang menjadi pribadi yang seperti ini. Tapi kadang kita juga perlu menjadi satisficers, yang di dunia ekonomi menurut lexico.com, artinya orang yang bisa segera mengambil keputusan karena dirasa hanya butuh usaha minimal untuk meraih tujuan tertentu.
Seorang satisficer agak bodo amat dengan pertanyaan “apakah ada yang lebih baik dari pilihan ini?” dan memilih untuk segera mengambil keputusan. Seperti cerita Barry soal ia dan temannya yang ingin membeli es krim. Barry menghabiskan waktu dengan memilih rasa apa yang menurutnya paling enak di toko itu, ia mencoba nyaris semuanya. Dan berakhir pada pikiran bahwa rasa es krim kesukaannya adalah yang paling enak. Sedangkan temannya hanya sekilas mengintip menu dan memilih rasa yang tertulis di bagian paling atas papan menu. Secepat itu, semudah itu. Tanpa menyesali pilihannya.
PUAS DENGAN RASA CUKUP
Salah satu hal yang perlu diyakini adalah: kita selalu puas dengan hal yang cukup. Tidak perlu yang gimana-gimana. Kadang kita terlalu sibuk membandingkannya dengan pilihan-pilihan lain atau di luar diri kita yang hanya membikin menyesal. Kita terlalu memikirkan mana yang paling bagus. Padahal dengan merasa cukup, kita jadi tidak perlu memikirkan hal-hal lain tersebut. Kita puas dengan kepunyaan kita, pilihan kita! Apakah itu yang paling bagus, pilihan paling tepat, bodo amat. Paling penting kita sadar, apapun pilihan kita, semuanya akan baik-baik saja.
5 Tips Supaya Puas dengan Keputusan yang kita Pilih.
Selanjutnya, Barry juga memberikan 5 TIPS untuk kita mengatasi banyaknya pilihan yang disuguhkan kepada kita:
BERI TENGGAT WAKTU
Batasi dirimu dengan waktu, kapan harus memutuskan. Jangan berlama-lama untuk menimbang dan membandingkan. Kamu hanya akan berakhir pada penyesalan jika terus berfokus pada membandingkan, apalagi kalau ekspektasimu tidak terpenuhi.
JADIKAN PILIHANMU PILIHAN SATU-SATUNYA
Banyak riset membuktikan bahwa orang yang tidak tahu bahwa mereka bisa mengubah pilihannya ternyata malah mudah bahagia. Mereka bahagia dengan pilihannya. Kita juga bisa! Kita menyadari bahwa kita bahagia dan cukup dengan pilihan itu. Kita bisa nyaman dengan pakaian kita, bisa menikmati waktu dengan orang tertentu. Karena itu pilihan kita.
BUATLAH KEPUTUSAN YANG SAMA
Pasti lebih mudah bagi kita jika berkunjung ke restoran yang sama dan selalu memilih makanan favorit kita daripada kita terus mengharapkan dan mencari-cari mana pilihan makanan lain yang lebih baik. Kita bertanya kepada semua teman kita apa pilihannya lalu membolak-balik buku menu. Tentu itu melelahkan. Walhasil, kita akan sangat menyesal kalau harapan itu tidak terpenuhi. Bukankah lebih enak yaudah apa yang kita putuskan, yuk kita makan dan nikmati? Selesai.
JADILAH SEORANG SATISFICER
Jangan jadi seorang maximizer, karena tidak ada yang sempurna, Sayang. Cukuplah kita dengan sebuah pilihan. Untuk menguatkanmu, coba carilah satu alasan kuat kenapa kamu memilih satu pilihan itu dan tinggalkan pilihan yang lain. Itu pasti akan memuaskan!
FOKUS PADA PILIHANMU
Udah cukup, nggak usah banding-bandingin sama pilihan yang ada di luar kondisimu. Kamu sudah memutuskan. Ingat, kita memang nggak akan pernah puas. Selalu menginginkan yang lebih baik. Oleh karenanya, cobalah berbahagia dengan pilihanmu saat ini. Karena kamu tahu, ini cukup dan tepat untukmu.
Halo, Sobat Bisnis. Pernah kebingungan mencari cara untuk mengembangkan bisnis? Udah, sekarang nggak usah bingung lagi. Soalnya ada alat analisis sederhana yang dapat membantu kita menyusun strategi pengembangan bisnis. Wah, alat apa itu? Analisis SWOT, namanya. Kali ini, sinaubisnis.com akan mengupas banyak hal tentang analisis SWOT itu. Jadi, simak ulasannya berikut ini!
Apa Analisis SWOT itu?
SWOT adalah akronim dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman), yang ditemukan oleh Albert Humphrey ketika memimpin proyek riset Universitas Stanford (Stanford Research Institute). Saat itu, pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an, dia menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500 untuk menemukan analisis SWOT tersebut.
Itulah sebabnya, analisis SWOT mengatur keempat hal itu untuk diinput ke dalam daftar yang terorganisir, kemudian akan disajikan dalam bilah kisi-kisi yang dibikin secara sederhana. Yang mana dalam menggunakan analisis itu akan dipetakan menjadi dua faktor, internal dan eksternal.
Dimana faktor internal tersebut, terdapat Strengths (kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan). Dua hal itu berasal dari dalam perusahaan sehingga dapat kita kendalikan serta dapat berubah. Adapun contohnya adalah performa karyawan, properti intelektual dan paten, lokasi dan kondisi kantor fisik perusahaan, serta elemen lainnya yang dapat dikendalikan oleh perusahaan.
Sedangkan faktor eksternal terdapat Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman), dua hal yang mempengaruhi bisnis atau berada di luar perusahaan kita pada pasar yang lebih besar.
Meski faktor eksternal tersebut tidak dapat kita kendalikan atau bahkan mengubahnya, tetapi kita dapat memanfaatkan peluang dan berlindung dari ancaman tersebut. Contohnya, kondisi ekonomi global, regulasi pemerintah setempat, trend prilaku konsumen, harga bahan baku, dan pesaing.
Lantas, setelah memahami dua faktor tersebut di dalam analisis SWOT, maka melalui analisis tersebut kita akan mempelajari strategi yang solid untuk membikin skala prioritas pekerjaan sehingga mempermudah pengembangan bisnis.
Bahkan, walaupun kita sudah merasa yakin mampu membawa bisnis kita berhasil. Namun, analisis SWOT malah justru akan membukakan mata kita untuk melihat bisnis kita dari cara pandang yang luas. Mulai dari menemukan kekuatan dan kelemahan bisnis serta mengoptimalisasi peluang dan meminimalisir ancaman.
Siapa yang Melakukan Analisis SWOT?
Dalam melakukan analisis SWOT perlu untuk membentuk tim, foto oleh fauxels dari Pexels
Dalam melakukan analisis SWOT supaya berjalan efektif, perlu kiranya melibatkan penuh pendiri dan pemimpin perusahaan. Oleh karenanya, tugas itu sebetulnya tidak dapat didelegasikan ke orang lain.
Namun demikian, dalam melakukan pekerjaannya, pemimpin perusahaan tidak boleh sendirian. Karena itu, demi hasil terbaik, mau tidak mau harus mengumpulkan sekelompok orang sebagai sebuah tim yang mempunyai sudut pandang yang berbeda tentang perusahaan.
Kemudian, pilih orang yang mampu merepresentasikan tiap aspek perusahaan, baik dari penjualan, pelayanan pelanggan, pemasaran sampai pengembangan produk. Itulah mengapa setiap orang harus ikut andil bagian dalam hal itu.
Selain itu, bagi perusahaan yang inovatif, bahkan turut mengajak pihak di luar jajaran internal mereka, seperti pelanggan, saat melakukan analisis SWOT supaya memperoleh masukan dari mereka, sehingga perspektif yang beragam itu akan mematangkan pertimbangan keputusan bisnis.
Sekalipun pada bisnis yang cakupannya masih kecil, analisis SWOT tetap harus dilakukan. Misalnya dengan meminta perspektif dari teman yang mengetahui bisnis kita, atau bahkan melibatkan akuntan, vendor, maupun pelanggan. Walhasil, poinnya adalah perspektif yang berbeda.
Maka, patut dipahami bahwa analisis SWOT tidak cukup dilakukan sekali saja, lantaran kegunaannya untuk menilai situasi bisnis sekarang serta memformulasi strategi yang tepat untuk pengembangan bisnis.
Oleh karenanya, pasar yang bergerak dengan sangat dinamis menuntut kita untuk bisa mengevaluasi strategi kita, lalu merancangnya kembali dengan analisis SWOT yang baru setiap 6-12 bulan.
Itulah sebabnya, bagi pemula, analisis SWOT menjadi bagian penting dalam proses perencanaan bisnis. Dan, dengan itu, akan membantunya dalam penyusunan strategi, utamanya untuk memulai langkah bisnis yang tepat serta mengarahkan ke arah yang dituju.
Bagaimana Melakukan Analisis SWOT dengan Benar?
Tambahkan catatan jika diperlukan supaya memicu ide baru, foto oleh RF._.studio dari Pexels
Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa pembentukan tim amat diperlukan untuk melakukan analisa SWOT. Maka, setiap harinya, tidak perlu mengawasi dan mengevaluasi analisa SWOT selama sepanjang hari, melainkan satu atau dua jam saja sudah cukup.
Untuk itu, lagi-lagi, dalam membentuk tim itu harus dipastikan betul setiap orang di dalamnya merepresentasikan setiap bagian perusahaan.
Lalu, setelah itu akan ditemukan berbagai kelompok yang di dalamnya mempunyai sudut pandang yang berbeda sama sekali. Itulah mengapa hal itu sangat penting untuk membikin analisis SWOT efektif.
Maka dari itu, analisis SWOT itu layaknya pertemuan mendengarkan pendapat yang tujuannya untuk mengetahui cara yang tepat dalam menjalankan tugas.
Karenanya, pada saat pertemuan disarankan untuk memerintahkan setiap orang mencatat dan urun ide untuk memulai sesuatu. Hal itu untuk mengantisipasi group think serta memastikan semua pendapat didengar.
Itulah sebabnya, setelah melakukan brainstorming selama kira-kira 5-10 menit, semua catatan diletakkan, lalu tempelkan juga ide-ide di kertas kecil yang ditempelkan ke di dinding, sekaligus mengelompokkan ide-ide yang serupa.
Di samping itu, setiap orang juga diperbolehkan untuk menambahkan catatan tambahan pada saat itu apabila ada ide orang lain yang memicu pemikiran baru.
Lantas, setelah semua ide diorganisasikan, lalu saatnya menentukan peringkat ide. Kemudian, digunakan sistem pemungutan suara dengan mekanisme setiap orang memiliki 5-10 suara sebagai kuota memilih. Selain itu, catatan dalam berbagai warna juga perlu dibuat karena berguna untuk latihan ini.
Di sisi lain, latihan pemungutan suara itu membuat kita memiliki daftar skala prioritas gagasan. Untuk itu, daftar tersebut menjadi bahan diskusi atau debat, yang kemudian akan menuntun pada keputusan terakhir terhadap skala prioritas.
Itulah biasanya, CEO mendelegasikan hal itu kepada orang lain yang berkapasitas untuk menangani dan bertanggung jawab atas strategi bisnis. Dan, inilah proses menghasilkan ide untuk masing-masing keempat kuadran analisis SWOT: Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman.
Contoh Pertanyaan yang Membantu dalam Menganalisis SWOT
Pertanyaan sangat dibutuhkan untuk melakukan analisis SWOT, foto oleh Ekaterina Bolovtsova dari Pexels
Sebagaimana mafhum bahwa analisis SWOT amat memerlukan pertanyaan untuk menggali lebih dalam kekuatam, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada dalam perusahaan. Untuk itu, ada beberapa pertanyaan yang bisa kita berikan kepada tim kita saat sedang membangun analisis SWOT.
Dan, berikut ini contoh pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu menerangkan setiap bagian dan menstimulus pemikiran kreatif pada tim.
#1 Kekuatan (Strength)
Kekuatan atau Strength merupakan salah satu faktor internal dan poin positif dari bisnis kita. Itulah hal-hal yang mampu kita kendalikan. Contohnya:
Mana proses bisnis yang berhasil?
Apa aset yang dimiliki di tim kita, seperti pengetahuan, keterampilan, pendidikan, jaringan, dan reputasi?
Apa aset fisik yang kita miliki, seperti pelanggan, pendanaan, peralatan, teknologi, dan paten produk?
Apa keunggulan kompetitif yang kita miliki dari pesaing?
#2 Kelemahan (Weaknesses)
Kelemahan atau Weakness merupakan salah satu faktor internal dan poin negatif yang mengurangi kekuatan bisnis kita. Itulah hal-hal yang mungkin perlu kita tingkatkan supaya bisnis kita lebih kompetitif.
Apakah ada hal-hal yang diperlukan supaya bisnis kita lebih kompetitif?
Manakah proses bisnis yang perlu diperbaiki?
Apakah ada aset berwujud yang dibutuhkan perusahaan, semacam pendanaan atau peralatan?
Apakah terdapat celah di dalam tim?
#3 Peluang (Opportunities)
Peluang atau Opportunities merupakan salah satu faktor eksternal dalam lingkungan bisnis kita yang condong berkontribusi pada kesuksesan bisnis.
Apakah market bisnis kita berkembang?
Apakah terdapat tren yang akan mendorong orang-orang untuk memborong apa yang kita jual?
Apakah ada acara atau event yang bisa dimanfaatkan perusahaan untuk mengembangkan bisnis?
Apakah terdapat peraturan yang berubah yang akan berdampak pada bisnis kita secara positif?
Apabila bisnis kita terus berkembang, apakah itu artinya produk kita menjadi kebutuhan pelanggan?
#4 Ancaman (Threats)
Ancaman merupakan salah satu faktor eksternal yang berada di luar kendali kita. Untuk itu, hal-hal berikut ini tetap harus dipertimbangkan untuk menyiapkan rencana darurat dalam mengurus masalah yang terjadi.
Apakah terdapat pesaing potensial yang akan memasuki pasar bisnis kita?
Apakah pemasok mampu untuk selalu memasok bahan baku yang kita butuhkan dengan harga yang cocok?
Apakah bisa perkembangan teknologi di masa depan mengubah pola bisnis kita?
Apakah perubahan perilaku konsumen ke depan akan berdampak negatif bagi bisnis kita?
Apakah terdapat tren pasar yang dapat mengancam bisnis kita?
Contoh Analisis SWOT
Memahami analisis SWOT dengan baik bisa disertai dengan contoh, foto oleh ThisIsEngineering dari Pexels
Supaya lebih membantu untuk memahami analisis SWOT secara lebih baik, maka akan lebih baik dengan menyertakan contohnya. Itulah sebabnya, berikut ini contoh kasus yang bisa kita pelajari untuk memahami analisis SWOT dengan mudah.
Bakso Si Dia, rumah makanan (RM) bakso di Indonesia yang berada di sekitaran Wonosobo. Penjual biasanya menjual makanan bakso ini dengan makanan dan minuman sebagai pelengkapnya, seperti mie ayam, es teh, es jeruk, dan lain-lain.
Nah, RM Bakso Si Dia ini berencana untuk membuka cabang pertamanya di pusat kota Semarang. Karena itu, ia sangat fokus pada pengembangan model bisnis yang akan mampu mendongkrak perkembangan bisnisnya, dan tidak menutup kemungkinan untuk membuka kemungkinan waralaba. Berikut inilah analisis SWOT RM Bakso Sidia:
Strengths
Lokasi: Pusat kota yang sibuk.
Keunikan: Makanan yang sehat tanpa bahan pengawet.
Pengelolaan: Memiliki keterampilan manajemen yang sudah mumpuni.
Weaknesses
Kekurangan modal: Persetujuan pinjaman dari bank.
Kurangnya reputasi: Bisnis masih fluktuatif.
MInimnya alat penunjang dalam bisnis: masih menggunakan proses akuntansi manual.
Opportunities
Pertumbuhan daerah: kota Semarang tumbuh sebesar 7,5% setiap tahun, dan sebagai kota industri sekaligus kota pelajar.
Target pertumbuhan pasar: pelajar, karyawan, dan warga lokal yang terus bertumbuh.
Threats
Kompetisi: rumah makan serupa memiliki pelanggan setia.
Masalah pada saat pembukaan: kemungkin pelanggan tidak kembali lagi.
Masalah pembuatan laporan keuangan: belum menggunakan software akuntansi.
Penutup
Selanjutnya, apabila bisnis kita sudah dianalisis SWOT, maka waktunya kita untuk memformulasikannya sebagai strategi dalam bisnis kita. Namun, tentunya harus disadari bahwa latihan ini perlu dilakukan supaya kita mampu menyusun strategi yang dapat kita kerjakan ke depannya.
Setelah itu, gali lebih dalam kekuatan bisnis kita serta cari tahu bagaimana kita dapat menggunakan kekuatan itu untuk memanfaatkan peluang kita. Kemudian, terapkan bagaimana kekuatan kita mampu menuntaskan ancaman yang ada di pasar. Maka dari itu, gunakan analisis ini untuk memunculkan daftar tindakan yang dapat kita lakukan.
Sebab, dengan daftar tindakan itu dan menyesuaikannya dengan kalender perusahaan, kita dapat mulai menentukan target pada tanggal tertentu. Misal, apa yang ingin kita capai dalam setiap bulannya.
Di samping itu, kita tentunya juga ingin melakukan beberapa hal dengan menganalisis bagaimana peluang eksternal yang kita miliki mampu membantu kita untuk mengatasi kelemahan internal kita sendiri.
Untuk itu, bisakah kita juga meminimalisir kelemahan itu sehingga kita dapat memitigasi ancaman yang sudah kita identifikasi? Maka, mau tidak mau kita harus mempunyai daftar tindakan yang ingin kita prioritaskan dan jadwalkan.
Akhir-akhir ini banyak sekali perusahaan yang mengeluhkan tentang menurunnya kinerja karyawan mereka di tempat kerja. Berbagai macam faktor menjadi alasan seperti lesunya pasar serta ketidakpastian masa depan bisnis. Hal ini memang sangat banyak dipengaruhi oleh pandemic Covid 19 ini yang telah membuat dunia memasuki istilah “under construction”. Lalu hal apa yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi ini?
Sebenarnya setiap orang didunia tidak memiliki kontrol langsung atas pulihnya suatu kondisi ekonomi dan bisnis didunia. Tetapi banyak juga pimpinan perusahaan yang berpikir bahwa dalam menunggu masa kepastian yang mungkin akan start di tahun 2021, mereka memilih untuk terus memantainance karyawannya dengan mengadakan Training Sales Marketing. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa setiap orang yang terlibat dalam dunia penjualan pasti merasakan dampak yang sangat menyiksa alias sedikit menghela napas. Namun langkah ini mereka klaim paling jitu untuk menghadapi tantangan di tahun 2021.
Solusi Mengundang Motivator Indonesia
Dengan mengadakan Training Motivasi Sales tidak serta merta belajar tentang strategi. Melainkan ada seorang pembicara alias Motivator Indonesia yang akan memberikan boosting spirit kepada setiap orang yang terlibat dalam penjualan. Karena tidak bisa dipungkir bahwa ini merupakan titik terlemah sepanajang sejarah dimana dunia penjualan sedang lesu bahkan tertidur dalam kurun waktu yang lama.
Beberapa CEO perusahaan mengatakan bahwa setelah mereka mengundang seorang Motivator Indonesia di perusahaannya, ternyata ada banyak hal yang berubah. Seperti mendadak orang sales mulai sadar untuk kembali menyusun target baru ditahun 2021 mendatang. Tercapai atau tidak itu urusan yang berbeda. Setidaknya mereka memiliki gairah untuk menuju suatu perubahan yang sebenarnya 2021 merupakan tahun yang penuh tantangan.
Kita banyangkan bahwa 2020 adalah titik Sleep dari bumi, dan kemudian 2021 adalah angka 1 yang akan menjadi langkah awal di perjuangan selanjutnya. Ini merupakan titik persimpangan yang penuh dengan kecemasan sekaligus harapan. Tetapi dengan kehadiran Motivator Indonesia ini harapan selalu dimunculkan agar denyut nadi penjualan masih berdetak.
Jika yang membaca tulisan ini adalah pemilik perusahaan, pastikan bahwa setelah ini anda akan mulai memikirkan nasib harapan dari tim sales anda. Caranya bagaimana? anda sendiri yang menentukan :).
Halo, Sobat Bisnis. Mestinya tidak asing lagi dengan “break even point (BEP)” ya? Pasalnya, pada pembahasan ilmu ekonomi, istilah itu akan mudah ditemukan. Khususnya pada suatu perusahaan, BEP wajib sekali digunakan untuk menganalisis kegiatan produksinya. Mengapa? Karena BEP mampu mengukur titik impas perusahaan. Nah, biar tidak makin penasaran mengenai apa itu BEP ini. Mari kita simak ulasannya berikut ini!
Pengertian BEP / Break Even Point
BEP (Break Even Point)atau titik impas dalam ekonomi, khususnya biaya akuntansi, diartikan sebagai titik pertemuan antara biaya atau pengeluaran dan pendapatan. Dimana titik tersebut menunjukkan bahwa antara keduanya berada dalam kondisi seimbang, sehingga tidak ada kerugian maupun keuntungan. Itulah mengapa BEP menjadi ukuran penting dalam bisnis. Sebab, karenanya pengusaha mampu menghitung profit atau laba yang akan diperoleh.
Sayangnya, BEP seringkali malah dipahami keliru oleh pengusaha. Lantaran bias membedakan BEP dengan perputaran atau balik modal. Padahal titik impas dan balik modal sendiri adalah dua hal yang sangat berbeda.
Sebagai contoh, saat kita membuka sebuah usaha, pertama-tama yang mesti kita hitung adalah modal sewa tempat, membeli perlengkapan, dan kebutuhan lainnya. Barulah setelah usaha berjalan dengan baik, maka kita akan memperoleh balik modal. Yakni, profit yang diperoleh dari hasil usaha/bisnis, dimana seluruh modal yang sudah dikeluarkan akhirnya bisa kembali. Nah, dalam keuangan, istilah ini disebut dengan ROI (Return on Investment).
Lain halnya dengan itu, BEP justru diartikan sebagai suatu teknik analisis yang mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan volume kegiatan. Oleh karenanya, BEP sendiri fokus pada hubungan antara biaya serta keuntungan maupun volume kegiatan. Maka dari itu, BEP bisa disebut juga “Cost Profit Volume Analysis (CPV Analysis)”.
Uniknya, masalah BEP akan muncul ketika perusahaan memiliki dua beban biaya, yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Sementara, apabila perusahaan hanya mempunyai biaya variabel saja, maka masalah BEP tidak akan muncul.
Sebab, biaya tetap dan biaya variabel pada suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu dapat mengakibatkan kerugian, ketika penghasilan dari penjualannya hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetapnya saja. Artinya, biaya tetapnya tidak mampu ditutupi dari hasil ketersediaan penjualan.
BEP untuk menghitung profit yang akan diperoleh perusahaan, gambar dari legalraasta.com
Karena itulah, kembali pada penjelasan sebelumnya bahwa urgensi BEP untuk menghitung profit atau laba yang akan diperoleh. Sehingga, antara BEP dan perencanaan laba terjalin berkelindan.
Dimana setelah menghitung BEP maka dapat dilakukan perencanaan laba (profit planning) yang digambarkan oleh Supriyono (2002) dalam bukunya “Perencanaan Laba” secara kuantitatif dalam keuangan dan ukuran kuantitatif lainnya. Termasuk di dalamnya juga ditentukan tujuan profit atau laba yang ingin dicapai perusahaan.
Maka dari itu, perencanaan laba dapat disimpulkan sebagai rencana kerja yang telah diperhitungkan dengan cermat dan digambarkan secara kuantitatif dalam bentuk tindakan yang harus diambil untuk mewujudkan laba tersebut.
Di samping itu, sebetulnya ada dua komponen lagi yang membentuk sebuah nilai BEP, yaitu harga jual dan pendapatan. Harga jual adalah harga seluruh biaya yang diperlukan untuk memproduksi sebuah barang ditambah dengan margin yang ingin diperoleh atau nilai keuntungan. Adapun biasanya harga jual akan dihitung per unit setelah diproduksi.
Sementara itu, pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh dari semua penjualan produk. Jumlah pendapatan itu pun diperoleh dari harga jual dikalikan dengan jumlah produk yang laku terjual di pasar. Selain itu, nilai dari pendapatan yang dibutuhkan akan digunakan untuk memproyeksikan pendapatan periode berikutnya dengan jumlah unit dan/atau nilai margin dan harga yang berbeda.
Implementasi BEP
Tatkala menjalankan bisnis, biaya operasional adalah hal wajib yang mesti kita keluarkan, yang terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel). Dimana biaya tetap adalah biaya yang dihitung berdasarkan dari penjualan usaha, seperti menyewa tempat untuk usaha dengan biaya sewa sebanyak Rp 500.000/bulan. Maka, walaupun produk yang kita tawarkan tak kunjung laku, namun kita tetap harus membayar biaya sewa tempat tersebut.
Sementara, ketika terjadi proses penjualan maka biasanya akan timbul biaya lain, seperti biaya transportasi untuk mengantar pesanan sampai ke tangan pelanggan, atau biaya penggantian pesanan karena barang yang dikirimkan tidak sesuai dengan pesanan konsumen. Biaya demikianlah yang kemudian disebut sebagai biaya tidak tetap (variabel).
Itulah karenanya, semakin banyak produk yang terjual, maka biaya variabel turut ikut meningkat. Maka dari itu, dalam proses bisnis ini, biaya tetap ditambah dengan biaya variabel kemudian menjadi biaya operasional.
Untuk itu, demi memperoleh hasil analisa BEP yang memadai, maka harus memenuhi asumsi-asumsi berikut, diantaranya:
Perilaku penerimaan dan pengeluaran musti digambarkan dengan akurat serta bersifat sepanjang rentang yang relevan
Biaya bisa dipisahkan antara biaya variabel dan biaya tetap
Produktivitas dan efisiensi tidak berubah
Harga jual tetap
Biaya-biaya tetap
Tidak ada perbedaan yang mencolok antara persediaan awal dan persediaan akhir
Manfaat mengetahui Break Even Point / BEP
Sebagaimana mafhum bahwa BEP urgent fungsinya, maka dalam perusahaan, manajemen harus dapat menetapkan dan bahkan memantau BEP tersebut. Sehingga, perusahaan dapat terbantukan serta mengurangi resiko kerugian yang tidak diharapkan perusahaan. Untuk itu, ada beberapa manfaat dari BEP bagi perusahaan. Dan, berikut empat manfaat diantaranya:
#1 Memitigasi kerugian dengan mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan
Sebab, bagi pengusaha, mengetahui nilai BEP maka dapat mengantisipasi nilai kerugian sewaktu terjadi penurunan penjualan.
#2 Melalui BEP potensi kerugian dapat dimitigasi, maka BEP juga dapat digunakan untuk mengejar target tingkat keuntungan tertentu dengan mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai
Pasalnya, dengan mengetahui nilai BEP, maka akan dapat memproyeksikan laba maksimum yang dapat diperoleh.
#3 Memantau seberapa jauh penurunan penjualan. Dimana hubungan antara nilai BEP dan harga produk serta laba berada dalam hubungan yang sejajar
Sehingga, apabila salah satu nilai dari elemen tersebut meningkat, maka elemen yang lain juga akan turut mengalami peningkatan, dan begitu pula sebaliknya.
#4 Mengetahui hubungan antara efek perubahan harga jual, biaya, dan volume penjualan terhadap keuntungan
Contoh misalnya, peralihan tenaga kerja dari manusia ke mesin. Otomatisasi produksi demikian tentunya akan mengubah struktur biaya tetap dan biaya variabel. Hal tersebut lantaran biaya variabel yang semula berasal dari biaya kerja digantikan oleh biaya tetap berupa mesin.
Manfaat Lain BEP
Di samping itu, dalam penerapannya, penggunaan konsep BEP dapat diimplementasikan pada segala jenis bidang usaha, baik usaha kecil sampai berskala besar. Karena itu, manfaat BEP dalam praktiknya dapat tergambar dalam beberapa hal berikut ini:
#1 Menganalisis Biaya
Menganalisis biaya sejatinya dapat memantau semua biaya tetap, sehingga bisa ditinjau apakah biaya tersebut dapat berubah atau tidak. Sama halnya, biaya variabel juga harus diperhatikan, apakah biaya tersebut ada yang harus dihilangkan atau tidak. Sebab, hal ini dapat mempengaruhi peningkatan margin dan mengurangi BEP.
#2 Menganalisis Margin
Dengan menganalisis margin, maka dapat mendorong penjualan produk dengan margin tertinggi. Oleh karenanya, mesti diperhatikan secara detail mengenai margin produk, sehingga hal tersebut dapat membantu mengurangi BEP.
#3 Pemindahan Pekerjaan (Outsourcing)
Di saat kegiatan perusahaan dapat melibatkan biaya tetap, maka lakukanlah terobosan dengan melakukan pemindahan pekerjaan atas tenaga kerja atau outsourcing melalui penerapan biaya variabel per unit.
#4 Menetapkan Harga
Ketika mematok harga produk, cobalah kurangi atau hilangkan kupon sebagai diskon atau pengurangan harga produk. Sebab, hal itu dapat menyebabkan BEP menjadi tinggi. Sehingga, hal yang harus dilakukan untuk mencegahnya adalah dengan cara meningkatkan harga secara bertahap agar konsumen dapat menerimanya.
Cara menghitung BEP
Penjelasan saja mungkin tidak cukup untuk memahami BEP, tetapi perlu disertakan dengan contoh, Pexels
Dengan membaca penjelasan tentang BEP, tidak lantas mudah untuk memahaminya. Untuk itu, supaya tidak bingung maka berikut contoh dari perhitungannya:
Sebuah perusahaan mempunyai data biaya dan rencana produksi untuk penjualannya dengan rincian sebagai berikut:
Biaya tetap dalam satu bulan adalah Rp 140.000.000,
yang terdiri dari:
Biaya sewa pabrik sebesar Rp30.000.000
Biaya sewa gedung sebesar Rp 18.500.000
Biaya asuransi kesehatan sebesar Rp 15.000.000
Biaya gaji untuk pegawai dan pemilik sebesar Rp 75.000.000
Biaya penyusutan mobil sebesar Rp 1.500.000
Biaya variabel per unit adalah Rp 75.000,
yang terdiri dari:
Biaya bahan baku Rp 25.000
Biaya tenaga kerja Rp 25.000
Biaya lain Rp 25.000
Harga jual untuk tiap unit adalah Rp 95.000
Untuk menghitung BEP unit, berikut ini rumusnya: BEP unit = biaya tetap : (harga per unit – biaya variabel per unit)
BEP unit = Rp 140.000.000 : (Rp 95.000 – Rp 75.000)
= Rp 140.000.000 : Rp 20.000
= Rp 7.000
Begitulah hasil perhitungan dari BEP unitnya, yakni sebesar Rp 7.000/unit.
Sementara untuk BEP rupiah, caranya memakai BEP rupiah = Biaya tetap : (kontribusi margin per unit : harga per unit)
BEP rupiah = Rp 140.000.000 : (Rp 20.000 : Rp 95.000)
= Rp 140.000.000: 0.2105
= Rp 665.083.135
Perhitungan BEP dapat dibuat untuk memperoleh titik impas dengan harga penjualan sebesar Rp 95.000, sehingga barang yang dijual harus sebanyak 7000 unit.
Oleh karenanya, dengan adanya perhitungan BEP, maka perusahaan dapat menghitung target minimal penjualan supaya bisa memperoleh keuntungan yang diinginkan.
Penutup
Demikianlah ulasan sinaubisnis.com mengenai titik impas atau break even point. Pada dasarnya, dengan mengetahui nilai ini maka akan membantu perusahaan untuk menentukan kebijakan pada periode berikutnya. Selain itu, melalui BEP ini akan mendorong Sobat Bisnis untuk lebih jeli dan inovatif di berbagai bidang supaya usahanya tetap eksis. Jadi, kapan Sobat Bisnis akan mulai menerapkan BEP?
Halo, Sobat Bisnis. Pernahkah mendengar apa itu outsourcing? Istilah ini merupakan nama salah satu sistem dalam dunia pekerjaan. Dimana banyak perusahaan kini yang menggunakannya untuk merekrut para pekerjanya, lantaran sistem ini dianggap menjadi solusi permasalahan mereka yang kerapkali kesulitan merekrut karyawan dalam jumlah besar. Lantas, apa sih sebenarnya sistem outsourcing itu? Nah, biar tidak makin penasaran, berikut inilah ulasannya dari sinaubisnis.com!
Pengertian Outsourcing
Outsourcing konon sudah ada sejak zaman Yunani dan Romawi. Dimana saat itu, baik bangsa Yunani maupun Romawi menyewa prajurit asing untuk bertempur bersama mereka dalam peperangan.
Tidak cukup itu, bahkan kedua negara tersebut juga menyewa ahli bangunan asing untuk membangun kota serta istana bagi kerajaan mereka. Kemudian, seiring dengan perkembangan prinsip sosial, outsourcing mulai diadaptasi penerapannya di dunia usaha.
Pikiran untuk menerapkan outsourcing dalam dunia usaha timbul lantaran adanya keinginan untuk saling membagi resiko di dunia kerja. Sebab, banyak perusahaan yang tidak mampu mengatasi permasalahan di pekerjaan mereka. Karena itulah, outsourcing diyakini menjadi salah satu cara paling tepat untuk menanggulangi hal tersebut.
Selanjutnya, rasanya akan lebih afdol kalau kita langsung membahas apa pengertian dari outsourcing itu.
Outsourcing dalam pengertian sederhana sering dipahami sebagai aktivitas menghubungkan pekerja atau karyawan dengan perusahaan yang membutuhkannya melalui pihak supplier atau penyedia tenaga kerja. Dimana pihak supplier dan perusahaan akan menyepakati perjanjian supaya pihak supplier menyediakan pekerja atau karyawan untuk perusahaan tersebut.
Nah, sistem outsourcing sendiri sering digunakan oleh perusahaan yang mencari pekerja untuk posisi di bidang cleaning service, jasa keamanan, pengemasan, atau bidang-bidang pekerjaan lainnya. Karena memang, sistem tersebut selain membantu perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pekerjanya dalam jumlah banyak, juga membantu mereka memperoleh pekerja yang kualifikasinya memenuhi standar baku mereka.
Itulah sebabnya, pekerja outsourcing juga laris digunakan oleh industri manufaktur. Pasalnya, hal itu membantu mereka yang kerepotan menyeleksi satu per satu dari banyaknya calon pekerja yang mendaftar. Untuk itu, dalam sistem ini, pihak supplier penting perannya menjembatani perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja dengan para calon pekerja.
Penerapan Outsourcing di Indonesia
Pekerja outsourcing sedang membersihkan kaca jendela gedung besar, gambar dari pixabay.com
Tak terkecuali di Indonesia, outsourcing dalam beberapa tahun belakangan berkembang pesat disini. Pasalnya, semakin banyak perusahaan yang beroperasi disini berefek pada pembukaan lapangan pekerjaan yang juga semakin banyak bagi masyarakat. Karenanya, perusahaan yang kesulitan menyeleksi para calon pekerjanya, kemudian menjadi peluang bagi keberadaan supplier outsourcing.
Untuk itulah, demi menjaga kondusivitas penerapan outsourcing, maka pemerintah Indonesia mencetuskan aturan mengenai hal itu dalam Undang-undang (UU) Ketenagakerjaan nomor 13 Tahun 2003 dan Peraturan Menakertrans Nomor 19 Tahun 2012. Meski outsourcing tidak disebutkan secara eksplisit dalam UU tersebut, tetapi ketentuan tentang outsourching dapat ditemukan pada pasal 64, 65, dan 66 dalam UU tersebut.
Misalnya pada pasal 64, disebutkan bahwa “perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.”
Nah, perekrutan karyawan outsourcing tersebut dilakukan oleh perusahaan outsource. Adapun untuk sistem kerjanya, nantinya melalui sistem kontrak yang dibagi menjadi dua dalam UU, yakni Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT).
Jenis Pekerjaan Outsourcing
Selanjutnya, pada pasal 65 ayat (2) undang-undang no 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan beberapa poin jenis pekerjaan yang bisa dilakukan oleh pekerja outsourcing, diantaranya:
Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;
Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan;
Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan
Tidak menghambat proses produksi secara langsung
Walhasil, berdasarkan poin-poin diatas, pekerja outsourcing hanya boleh direkrut untuk melakukan pekerjaan di luar pekerjaan inti perusahaan pengguna jasa. Karenanya, di Indonesia, pekerjaan outsourcing diperuntukan untuk pekerjaan seperti penjaga kebersihan (cleaning service), keamanan, pekerja di pabrik, kurir atau supir, penyedia makanan (catering), petugas call center, hingga petugas manajemen fasilitas (facilitymanagement).
Kelebihan dan Kekurangan Outsourcing
Tentunya tidak dapat dinafikan kalau dalam penerapan outsourcing sendiri terdapat kelebihan maupun kekurangan, terutama bagi pekerja outsourcing. Karena itu, hal-hal demikian seharusnya dapat dikelola dengan baik agar resiko-resiko yang tidak diinginkan dapat diminimalisir sejak awal. Lantas, ada kelebihan dan kekurangan apa saja dari sistem outsourcing ini? Inilah diantaranya:
KelebihanOutsourcing
Jasa keamanan merupakan salah satu pekerja outsourcing yang laris di Indonesia, gambar dari unsplash.com
#1 Menghemat Anggaran untuk Pelatihan
Mafhum diketahui bahwa pekerja outsourcing mestinya sudah dibekali keahlian spesifik yang dibutuhkan perusahaan, semisal keahlian mengorganisir atau membersihkan barang. Dengan demikian, maka perusahaan tidak perlu merogoh kocek banyak untuk memberikan pelatihan bagi pekerja outsourcing yang direkrutnya.
#2 Meringankan Perusahaan dalam Rekrutmen Karyawan
Salah satu kemudahan yang bisa dirasakan langsung oleh perusahaan dari adanya perusahaan penyedia jasa (perusahaan outsourcing) adalah meringankan beban rekrutmen pekerja atau karyawan.
Pasalnya, urusan rekrutmen yang sebelumnya ditangani langsung oleh perusahaan dilimpahkan ke perusahaan outsourcing untuk menyeleksi karyawan outsourcing. Untuk itu, perusahaan tinggal menunggu beres saja dari perusahaan outsourcing untuk karyawan-karyawan hasil seleksi mereka
#3 Perusahaan Lebih Fokus Mengurus Kegiatan Inti Bisnis
Menggunakan pekerja outsource mestinya dapat membuat perusahaan tidak perlu repot-repot lagi mengerjakan pekerjaan teknis sehari-hari, apalagi pekerjaan yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan inti bisnis. Sebab, hal itu sudah ditangani oleh pekerja outsource. Karenanya, perusahaan tidak perlu lagi mencari tenaga kerja khusus, atau bahkan mengadakan training, maupun mengalokasikan rekrutmen khusus untuk posisi-posisi tertentu.
#4 Perusahaan Tidak Perlu Mengurusi Asuransi Perusahaan
Dengan memakai pekerja outsourcing, perusahaan tidak usah repot-repot menyediakan fasilitas maupun tunjangan makan, bahkan juga tidak perlu mengurusi asuransi kesehatan/BPJS Kesehatan. Dikarenakan hal itu menjadi tanggung jawab perusahaan outsourcing itu sendiri.
Kekurangan Outsourcing
Naasnya, meski perusahaan diuntungkan dengan sistem outsourcing tetapi tidak dengan pekerjanya, gambar dari unsplash.com
#1 Informasi Perusahaan Rawan Bocor
Tidak dipungkiri bahwa mempekerjakan pekerja outsourcing terutama untuk jenis pekerjaan rahasia memang rentan dengan kebocoran informasi perusahaan. Karenanya, mengisi posisi pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan utama bisnis sangatlah tidak disarankan.
Apalagi, kalau informasi rahasia perusahaan sampai dijual ke pihak lain, atau bahkan sampai diketahui oleh kompetitor. Maka, akan berdampak buruk bagi perusahaan kita.
#2 Kontrak yang Singkat
Lantaran pekerja outsourcing diatur melalui kontrak, biasanya kontrak tersebut berlangsung dalam waktu yang relatif singkat. Itulah sebabnya, karena harus sering memperbaharui kontrak, sehingga perusahaan terkadang kerepotan bila harus menjalin kerja sama baru dengan perusahaan outsource lain.
Pasalnya, perusahaan outsource baru maka sama saja dengan merekrut tenaga kerja outsource baru. Karenanya, akan membutuhkan banyak waktu lagi untuk proses rekrutmen dan peralihan tugas.
#3 Ketergantungan pada Tenaga Kerja Outsource
Tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan yang biasa mengenakan pekerja outsourcing akan mengalami ketergantungan. Terlebih, apabila perusahaan outsource memiliki sistem atau cara kerja yang dirahasiakan dari perusahaan.Sehingga, perusahaan yang menggunakan jasa outsource tersebuttidak bisa asal mengetahui hal itu.
Padahal, pekerja outsourcing dapat menjadi solusi ketika perusahaan memerlukan sumber daya manusia tambahan untuk merampungkan pekerjaan tertentu. Sebab itu, kini banyak perusahaan yang memilih merekrut tenaga kerja outsource supaya lebih praktis dan mudah.
#4 Tidak Ada Jenjang Karir bagi Pekerja
Untung bagi perusahaan maupun perusahaan outsource, namun tidak seturut dengan nasib para karyawan outsourcing. Sebab, sistem ini tidak memberikan kesempatan jenjang karir bagi mereka. Karena itu, mau tidak mau mereka terkungkung dalam kondisi yang tidak menyejahterakan mereka dalam jangka panjang.
Dalam praktiknya ternyata masih banyak kasus yang menunjukkan bahwa pekerja outsourcing menerima perlakuan yang tidak semestinya dari perusahaan, gambar dari pixabay.com
Praktik outsourcing di Indonesia bukan tanpa celah. Meski sudah ada payung hukum yang menaunginya sebagaimana yang telah diutarakan sebelumnya. Namun, kepastian hukum tersebut nyatanya belum sepenuhnya mampu mengakomodir hak-hak pekerja outsourcing.
Contoh kasus, misalnya, aturan yang bertabrakan antara perusahaan penyalur dengan perusahaan tempat bekerja. Dimana berbeda dari pekerja yang langsung bekerja di perusahaan, pekerja outsourcing dalam penerimaan upah tidak langsung dari perusahaan, melainkan diperantarakan melalui perusahaan penyalur.
Akibatnya, pekerja outsourcing mau tidak mau harus mematuhi aturan, baik dari perusahaan penyalur maupun perusahaan tempat bekerja meski memberatkan agar memperoleh upah dari perusahaan penyalurnya. Inilah dilema bagi para pekerja outsourcing sekaligus menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan di Indonesia.
Selain itu, pada perkembangannya, ternyata lika-liku polemik sistem outsourcing makin komplek, terutama dari sisi perusahaan outsource sendiri. Bahkan, dampaknya menyebabkan banyak dari pekerja atau karyawan yang menolak sistem outsourcing ini. Karena, menurut mereka, seringkali hak-hak seperti tunjangan dan lainnya tidak mereka peroleh sebagaimana mestinya dari perusahaan tempat mereka bekerja.
Lagi-lagi, kalau mau diurai apa penyebabnya, maka berasal dari perusahaan supplier itu sendiri. Pasalnya, pihak perusahaan yang sejatinya sudah membayar upah ke perusahaan supplier sesuai ketentuan. Malah masih dipotong lagi upah tersebut oleh perusahaan supplier bahkan bisa mencapai 30 persen dengan dalih biaya administrasi dan sebagainya, karenanya upah yang diterima pekerja berkurang tidak sedikit.
Naasnya lagi, tidak semua pekerja outsourcing mengetahui berapa besar potongan gaji yang diambil oleh perusahaan outsourcing. Padahal, idealnya, diatur dalam perjanjian kontrak, pekerja outsourcing memperoleh upah kerja sekitar 90%, sedangkan 10% dipeuntukan bagi perusahaan supplier sebagai manajemen fee.
Sayangnya, itu semua hanyalah sekelumit dari benang kusut polemik outsourcing di tanah air ini. Maka dari itu, perlu keseriusan pemerintah dan lembaga terkait untuk mengawasinya supaya tidak terjadi lagi pelanggaran. Bahkan, harapannya pemerintah mampu menciptakan iklim industri yang sehat, dimana pekerja outsourcing di dalamnya memiliki keahlian serta keterampilan.
Terakhir, amat diharapkan bagi perusahaan maupun tenaga kerja agar memahami perjanjian maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku supaya tercipta sebuah win-win solution baik bagi perusahaan, pekerja, maupun pemerintah. Hal itu tentu memerlukan upaya edukasi secara sistematis baik kepada perusahaan maupun pekerja, sehingga dapat dipahami kemudian dijalankan oleh masing-masing pihak.
Penutup
Akhirnya, usai juga ulasan sinaubisnis.com mengenai outsourcing, mulai dari pengertian, penerapan, sampai kelebihan dan kekurangannya. Untuk itu, peluang outsourcing ke depannya yang sejatinya masih terbuka lebar, harus bisa dioptimalkan dengan baik oleh pemerintah dibarengi dengan pengawasan terhadapnya guna menciptakan iklim industri yang sehat. Sehingga, harapannya bukan hanya memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat, mengurangi pengagguran tetapi juga menyejahterakan mereka.